Kamis, 26 Februari 2009

Perkembangan Restrukturisasi Kredit Macet Grup Bimantara

Senin, 10 Januari 2000

KINI adalah giliran Bimantara Group, menjadi sasaran pembeberan perkembangan restrukturisasi utang di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Banyak persoalan sehubungan utang Bimantara Group tersebut. Berikut adalah rincian utang-utang perusahaan yang dipimpin oleh antara lain Bambang Trihatmodjo itu.

________________________________________
PT Bimantara Citra Tbk
Pemilik saham PT Bimantara Citra Tbk (BC) adalah PT Asriland (38 persen), PT Internusa Rizki (13 persen), PT Matra Teguh (6,7 persen), PT Rizki Bukit (6,7 persen), PT Persada Giri (empat persen) dan publik (31,6 persen). PT BC memperoleh fasilitas kredit lokal dan time loan revolving dari BCA dengan jaminan pribadi dari Bambang Trihatmodjo, Rosano Barack, Moh Tachril Sapi'ie, Peter F Gontha, dan Indra Rukmana. Fasilitas kredit itu dicairkan pada 1989 sebesar 10 juta dollar AS, tahun 1990 meningkat menjadi 22,5 juta dollar AS, dan meningkat lagi di tahun 1993 menjadi 25 juta dollar AS.

Pada 22 Juli 1997, PT BC memperoleh perpanjangan fasilitas kredit lokal maksimum Rp 5 milyar dan time loan revolving 25 juta dollar AS. Saat ini, pinjaman PT BC mencapai 23,1 juta dollar AS-belum termasuk bunga tertunggak dan denda. Selanjutnya, time loan revolving tersebut diperpanjang kembali pada 30 Desember 1997. Sementara, fasilitas kredit lokal Rp 5 milyar disepakati untuk dibekukan sejak 4 Maret 1998. Perpanjangan fasilitas kredit time loan revolving untuk terakhir kalinya tercatat pada 30 Desember 1998.

________________________________________
Bambang Trihatmodjo
Debitor memperoleh fasilitas kredit dari BCA Rp 150 milyar (tanpa jaminan) pada tanggal 12 November 1997. Fasilitas itu dicairkan 18 Mei 1998 sebesar Rp 70 milyar dan 24 Mei 1998 sebesar Rp 80 milyar. Pada 23 Juli 1999, debitor menandatangani letter of commitment/LoC (surat pernyataan kesanggupan).

Dalam proses restrukturisasi, rencana penyelesaian kewajiban debitor sering berubah-ubah. Semula dikatakan, pelunasan berasal dari dana PT Bhakti Karya Indah Permai yang terdapat di Bank Indonesia. Kemudian debitor mengajukan usulan untuk melakukan pelunasan dengan kelebihan dana atas penyelesaian Bank Alfa. Namun, setelah dilakukan due diligence, ternyata terdapat kekurangan dana sehingga debitor kembali pada usulan awal.

________________________________________
PT Bukit Jonggol Asri
PT Bukit Jonggol Asri (BJA) didirikan antara lain oleh Bambang Trihatmodjo, Kaestindo Group (Kwee Cahyadi Kumala), Usman Atmadja (Danamon) dan Salim Group (BCA) dalam membangun kota mandiri Bukit Jonggol Asri seluas 30.000 hektar. Komposisi pemegang saham terakhir adalah PT Indra Semerbak (20 persen), PT Royal Persada Land (17,5 persen), PT Indorealty Permai (20 persen), Haryadi Kumala (35 persen), dan PT Azbindo Nusantara (7,5 persen).

Pada Januari 1996, PT BJA memperoleh kredit Rp 20 milyar dari BCA. Pinjaman ini terus bertambah dan mencapai Rp 216,1 milyar pada April 1997. Pada April 1998, PT BJA memperoleh pinjaman Rp 360 milyar dari Bank Danamon yang merupakan pengalihan fasilitas dari PT Fajar Loka Permata, PT Kartika Pola Reksa dan PT Andalan Putra Persada (Cahyadi Kumala Group).

Jaminan yang diberikan adalah tanah seluas 30.000 hektar dan jaminan pribadi tidak terbatas dari Bambang Trihatmodjo, Aziz Mochdar dan Kwee Cahyadi Kumala. Dalam proses restrukturisasi, manajemen dan pemegang saham lambat dalam menanggapi persyaratan restrukturisasi yang diminta BPPN.

________________________________________
PT Bukit Sentul Tbk
Komposisi pemegang saham PT Bukit Sentul (BS) adalah 4,98 persen PT Asriland, 0,91 persen PT Azbindo Nusantara, 2,90 persen PT Grandsentra Kharisma, 0,73 persen Jaraya Satra, 78,43 persen PT Reputasi Utama, 0,73 persen PT Saparu Nusantara, 2,90 persen PT Sentra Businesspark Indah, dan 8,44 persen publik.

Fasilitas yang dialihkan ke BPPN berasal dari sindikasi Bank Danamon dan Bapindo 25 juta dollar AS dan Rp 43,7 milyar, dengan jaminan tanah 285 hektar di Sentul, 200 juta lembar saham PT Bukit Sentul, escrow account, piutang dagang, dan persediaan barang dagangan.
Fasilitas untuk PT BS yang juga dialihkan kepada BPPN adalah fasilitas sindikasi dari Bank Aspac, Bank Hastin dan Bank Tamara sebesar Rp 18 milyar, dengan jaminan tanah 460 hektar. Selain itu, juga kredit dari Bank Alfa Rp 24 milyar yang merupakan pengalihan dari Bank Andromeda, dengan jaminan piutang dagang.

________________________________________
PT Asriland
Pemegang saham PT Asriland adalah Bambang Trihatmodjo (99,99 persen) dan Junanda Puce Syrafuan (0,01 persen). Pada 10 Juni 1994, Bank Danamon memberi kredit Rp 35 milyar, dan 16 Desember 1996 memberi kredit 15 juta dollar AS. Jaminan yang diberikan adalah 20 juta lembar saham PT Bimantara Citra Tbk, jaminan pribadi Bambang Trihatmodjo dan jaminan perusahaan PT Elektrindo Nusantara.

PT Asriland melakukan investasi di anak-anak perusahaannya, yaitu PT Bimantara Citra (38,17 persen), PT Bukit Sentul (4,98 persen), Andromeda Bank (25 persen), PT Bumi Kusuma Prima (55 persen), PT Datakom Asia (33,32 persen), PT Tricitra Karya (30 persen), PT Bimantara Hyundai Otomotif (25 persen), PT Andromeda Sekuritas (33,30 persen), dan PT Andromeda Javalas (25 persen).

________________________________________
PT Citra International Finance & Investment Corporation
Pemegang saham PT Citra International Finance & Corporation (Cificorp) adalah PT Bimantara Citra (80 persen), PT Bimantara Graha Insurance Broker (lima persen), PT Sanafico Utama (lima persen), dan PT Trinugraha Thohir (10 persen).

Fasilitas yang dialihkan ke BPPN mencapai Rp 74,9 milyar, dengan rincian dari Bank Tiara Rp 53,424 milyar (tanpa jaminan), dan fasilitas kredit sindikasi berupa fasilitas revolving underwriting facility (RUF) dari Bank Umum Servitia Rp 7,5 milyar, Bank Tamara Rp 7,5 milyar, dan Bank Uppindo Rp 5 milyar. Angka tersebut belum termasuk tunggakan bunga dan denda.

Jaminan berupa cessie tagihan minimal 100 persen dari outstanding pinjaman, serta jaminan perusahaan PT Bimantara Citra 80 persen dari outstanding pinjaman, PT Trinugraha Thohir sebesar 10 persen dari outstanding pinjaman, serta PT Bimantara Graha Insurance Broker dan PT Sanafico Utama masing-masing lima persen dari outstanding pinjaman.

BPPN juga menerima pengalihan kredit dari Bank PDFCI Rp 1,456 milyar (belum termasuk tunggakan bunga dan denda), dengan jaminan antara lain cessie tagihan 30 persen dari outstanding pinjaman serta jaminan perusahaan dari seluruh pemegang saham. Hambatan restrukturisasi adalah rendahnya kualitas tagihan yang terletak di luar Jakarta, sehingga memperlambat due diligence keuangan oleh auditor independen.

________________________________________
PT Citra Mobil Nasional
PT Citra Mobil Nasional (CMN) ditunjuk Hyundai Motor Company asal Korea Selatan sebagai agen tunggal pemegang merek mobil Hyundai untuk merakit dan memasarkan kendaraan tersebut di Indonesia. Pada 1995, PT CMN memperoleh pinjaman Rp 17,5 milyar dari Bank Danamon. Pinjaman kemudian bertambah Rp 15 milyar pada 1996 dan Rp 17,3 milyar pada 1998, sehingga total pinjaman menjadi Rp 49,8 milyar (tidak termasuk bunga tertunggak dan denda).

________________________________________
PT Datakom Asia
PT Datakom Asia (DA) merupakan holding company dari Indovision Grup, dengan anak-anak perusahaan antara lain PT Matahari Lintas Cakrawala (Indovision), PT Media Citra Indostar, PT Surya Citra Televisi, PT Postindo Promedia Audiovisual. Selain itu, PT DA juga bergerak dalam penyewaan gedung Wisma Indovision kepada anak perusahaan. Pemegang saham PT DA adalah PT Asriland (33,33 persen), PT Lembar Subur Adipertiwi (28,56 persen), PT Persada Giri Abadi (24,22 persen), PT Azbindo Nusantara (6,89 persen), PT Indosat (lima persen), dan PT Trisadnawa Solusikomunikasi (dua persen).

Kewajiban yang dialihakn ke BPPN berasal dari BCA dan Bank Alfa. PT DA mulai memperoleh fasilitas kredit dari BCA pada tanggal bulan Juli 1997, berbentuk term loan dalam dollar AS dengan plafon kredit 150 juta dollar AS, dan revolving loan Rp 11,41 milyar. BCA juga memiliki surat berharga yang diterbitkan PT DA senilai 17 juta dollar AS. Jaminan yang diberikan antara lain jaminan pribadi Peter F Gontha, Anthony Salim, dan Aziz Mochdar. Sementara, kredit dari Bank Alfa yang diterima senilai Rp 15,6 milyar, dengan jaminan yang diberikan adalah tanah dan bangunan Wisma Indovision.

BPPN menilai PT DA tidak kooperatif, karena sangat lamban dalam proses penunjukan penasihat keuangan, penasihat hukum, dan auditor independen. Di samping itu, konflik internal antara pemegang saham dan manajemen yang kemudian ditambah dengan konflik manajemen dengan para pemegang obligasi, mengakibatkan lambatnya tercapai kesepakatan mengenai proposal restrukturisasi.

________________________________________
PT Elok Abadi
Pemegang saham PT Elok Abadi (EA) adalah Haryadi Kumala (37,5 persen), Faroek Basrewan (22,5 persen), Bambang Harianto Ananto (20 persen), dan Soedjono Halim (20 persen). Fasilitas yang dialihkan ke BPPN berasal dari BTN sebesar Rp 39,750 milyar. Jaminan pokok yang diberikan antara lain berupa hak yang tercantum dalam perjanjian kerja sama antara Perum Perumnas dengan PT EA, berikut amandemen (tambahan) perjanjian dan jaminan tambahan berupa jaminan pribadi Soejono Halim, Bambang Trihatmodjo, dan Tijan Ananto.

________________________________________
PT Elektrindo Nusantara
Pemegang saham PT Elektrindo Nusantara (EN) meliputi PT Bimantara Citra (51 persen), PT Karyadeka Panca Murni (25 persen), PT Azbindo Nusantara (14 persen), PT Adipta Adhidana (lima persen), dan PT Astagina Prakasatama (lima persen).

Kewajiban yang dialihkan ke BPPN berasal dari BNI Rp 150,3 milyar dan Bank Danamon Rp 10,6 milyar, sehingga total pokok pinjaman Rp 160,9 milyar (belum termasuk tunggakan bunga dan penalti). Jaminan yang diajukan antara lain tanah, jaminan perusahaan PT Bimantara Citra Tbk, jaminan pribadi Aziz Mochdar, letter of awareness PT Bimantara Citra Tbk.

________________________________________
PT Karya Graha Elektrindo
PT Karya Graha Elektrindo (KGE) dibentuk untuk menangani penyewaan dan pemeliharaan Gedung Elektrindo di Kuningan, Jakarta. Pemegang saham terdiri atas PT PT Elektrindo Nusantara (95 persen) dan PT Azbindo Nusantara (lima persen).

Kewajiban yang dialihkan kepada BPPN berasal dari Bank Danamon 20,6 juta dollar AS (belum termasuk bunga pinjaman yang tertunggak dan penalti). Jaminan yang diajukan antara lain tanah dan bangunan Gedung Elektrindo, rekening penampungan hasil sewa Gedung Elektrindo, seluruh saham PT KGE dan PT Azbindo Nusantara.

________________________________________
PT Komselindo
Pemilik saham PT Komselindo adalah PT Elektrindo Nusantara (65 persen) dan PT Telkom (35 persen). Fasilitas pinjaman yang dialihkan ke BPPN berasal dari Bank Danamon dan BNI (pinjaman sindikasi yang di-arrange HSBC), dan pinjaman bilateral dari BNI.

Fasilitas sindikasi kredit dicairkan Juni 1997 sebesar 35 juta dollar AS, dan meningkat menjadi 60 juta dollar AS pada September 1997. Sebagian dari pinjaman ini sudah dibayar, sehingga outstanding pinjaman saat ini 35,5 juta dollar AS. Dari pinjaman sindikasi ini, porsi Bank Danamon dan BNI yang dialihkan ke BPPN mencapai 4,26 juta dollar AS.

Kredit dari BNI berbentuk beberapa fasilitas yang diberikan bertahap. Pada Oktober 1997, PT Komselindo memperoleh pinjaman Rp 76,6 milyar dengan jaminan asset perjanjian bagi hasil sistem telepon bergerak selular, dan 5,9 juta dollar AS yang kemudian pada Oktober 1998 dikonversi menjadi Rp 62,4 milyar.

Tahun 1998, PT Komselindo juga memperoleh fasilitas L/C dari BNI, yang kemudian tidak dapat dibayar pada waktu jatuh tempo, sehingga jumlah utang PT Komselindo per Januari 1999 bertambah Rp 21 milyar dan 5,8 juta dollar AS. Saat ini, pokok pinjaman dari BNI berjumlah Rp 159,52 milyar dan 10,15 juta dollar AS (belum termasuk tunggakan bunga dan denda).

________________________________________
PT Kondawana Safari
Pemegang saham PT Kondawana Safari adalah Bambang Trihatmodjo (30 persen), Anthony Salim (30 persen), Prayogo Pangestu (15 persen), Azis Mochdar (12,5 persen), Peter Gontha (7,5 persen) dan Tan Paul Tanjung (lima persen). Fasilitas yang dialihkan ke BPPN berasal dari BDN berupa kredit investasi 30 juta dollar AS, yang diperoleh sejak Juni 1996.

________________________________________
Nelson Investment International Ltd, dan Endeavour Asset Group
Nelson Investment Int'l Ltd dan Endeavour Asset Group adalah perusahaan yang terdaftar di Cayman Islands. Nelson Investment mempunyai investasi di Osprey Maritime Ltd sebesar 9,6 persen, sedangkan Endeavour Asset memiliki saham Osprey Maritime Ltd sebesar 2,9 persen. Osprey Maritime Ltd adalah perusahaan perkapalan international yang terdaftar di Singapore Stock Exchange.

Kewajiban yang ditransfer kepada BPPN berasal dari Bank Tiara. Nelson Investment menerima fasilitas kredit dari Bank Tiara sebesar 18,78 juta dollar AS, sedangkan Endeavour Asset menerima fasilitas juga dari Bank Tiara 5,58 juta dollar AS.

Jaminan yang diberikan untuk pinjaman Nelson Investment dan Endeavour Asset adalah saham Osprey Maritime Ltd sebanyak 43.199.428 lembar saham, atau 12,7 persen dari kepemilikan Osprey Maritime Ltd, serta jaminan pribadi Bambang Trihatmodjo, Indra Rukmana, Rosano Barack, Soesilo Soeninto dan Moh Tachril Sapi'ie.

________________________________________
PT Padang Golf Bukit Sentul
Pemilik saham PT Padang Golf Bukit Sentul (PGBS) adalah PT Satelindo (40 persen), PT Satria Utama Sinarperkasa (30 persen), PT Royal Sentul Highlands-sekarang bernama PT Bukit Sentul Tbk (20 persen), dan PT Pusakamas Sentrajaya (10 persen). PT PGBS memperoleh pinjaman dari PT Lippo Sekurities dari penjualan surat promes yang diterbitkan PT PGBS sebesar Rp 31 milyar melalui PT Lippo Pacific Finance. Pinjaman itu kemudian dialihkan ke Bank Lippo dengan nilai Rp 38 milyar.

Dari Bank Lippo, kredit tersebut dialihkan ke BPPN dengan outstanding pinjaman per 31 Maret 1999 sebesar Rp 41,5 milyar, terdiri dari tunggakan pokok dan tunggakan bunga. Jaminan yang diberikan antara lain berupa tanah dan bangunan, serta hak guna bangunan seluas 800.586 meter persegi, dengan nilai transaksi Rp 148 milyar. Sampai saat ini, debitor belum menandatangani dan menyerahkan LoC, dengan alasan adanya masalah dalam prosedur guna memperoleh dokumen dan tanda tangan dari para pemegang saham.

________________________________________
Rosano Barack
Debitor memperoleh fasilitas kredit dari Bank BCA Rp 50 milyar, dengan jaminan pribadi dari Bambang Trihatmodjo. Hambatan yang dihadapi dalam restrukturisasi adalah rencana penyelesaian kewajiban dari debitor yang sering berubah-ubah. Semula dikatakan, pelunasan berasal dari dana PT Bhakti Karya Indah Permai yang terdapat di Bank Indonesia. Kemudian debitor mengajukan usulan untuk melakukan pelunasan dengan kelebihan dana atas penyelesaian Bank Alfa. Setelah dilakukan due diligence, ternyata terdapat kekurangan dana, sehingga debitor kembali pada usulan awal.

________________________________________
PT Satelindo
Pemegang saham PT Satelindo adalah PT Bimagraha Telekomindo (45 persen), PT Indosat (7,5 persen), PT Telkom (22,5 persen), dan perusahaan telekomunikasi German-DeTelemobile Deutsche Telekom (25 persen). Fasilitas kredit awalnya diberikan BankExim dengan plafon 70 juta dollar AS (outstanding pokok pinjaman per tgl 12 Februari 1999 adalah 60,9 juta dollar AS, belum termasuk tunggakan bunga dan denda). Selain kewajiban tersebut, BPPN juga menerima pengalihan kewajiban dari BDN New York untuk penyelesaian kewajiban commercial paper yang diterbitkan Satelindo lima juta dollar AS.

________________________________________
PT Tri Citra Karya
PT Tri Citra Karya (TCK) didirikan tahun 1993 untuk menjalankan usaha di bidang perakitan kendaraan bermotor roda empat. Pemegang saham PT TCK adalah PT Bimantara Cakra Nusa (72,6 persen) dan PT Asriland (27,4 persen). Pada 1994 PT TCK memperoleh pinjaman Rp 5 milyar dari Bank Danamon. Kemudian pinjaman bertambah Rp 2,5 milyar pada tahun 1995. Pada bulan April 1999 pinjaman PT TCK sebesar Rp 7,09 milyar (tidak termasuk bunga tertunggak dan denda) dialihkan ke BPPN.

________________________________________
PT Usaha Gedung Bimantara
PT Usaha Gedung Bimantara (UGB) menyewakan dan mengelola Menara Kebon Sirih dan Plaza Kebon Sirih. Pemegang saham PT UGB adalah PT Bimantara Citra Tbk (99,99 persen) dan PT Samudra Petrindo Asia (0,01 persen). Pada 1997, PT UGB memperoleh pinjaman sindikasi yang diatur Sumitomo Bank sebesar 80 juta dollar AS.

Pinjaman sindikasi ini terbagi menjadi dua, yaitu pinjaman dari bank asing terdiri dari The Sumitomo Ltd, Bank of Commerce, Sime Bank Berhad, Bank of Taiwan, BRI Finance Ltd, First Commercial Bank, Oversea-Chinese Bank, United World Chinese Commercial Bank, Danamon Finance Co (Hongkong), serta pinjaman dari bank lokal terdiri dari Bank Panin, Bank Merincorp, dan Bank Mandiri.

BPPN mengambil alih kewajiban dari BankExim, BNI, dan Bapindo dengan total kredit 22 juta dollar AS (belum termasuk bunga tertunggak dan denda).
(fey)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar