Selasa, 24 Februari 2009

Hidup Tidak SendiriShare

Hari itu hari Minggu, 5 Februari 2006. Adalah seorang ibu muda dari seorang balita. Ibu itu bernama Sarie Febriane. Di Jalan Cinere Raya, Jakarta Selatan, Sarie sedang menyetir mobilnya. Lalu serombongan Moge (motor gede) Harley-Davidson lewat. Dan terjadilah pertengkaran itu...

Sebenarnya kejadian itu tidak perlu heboh, kalau Sarie tidak menumpahkan kekesalannya melalui mailing list. Maka jadilah heboh. Sarie merasa mereka arogan karena menyuruh minggir dengan memukul spion mobilnya. Sementara wakil dari rombongan Moge bilang Sarie yang tidak koperatif walau sudah diminta minggir dengan sopan.

Gue gak ngerti siapa yang salah atau yang benar. Gue lebih melihat kepada: bahwa kita hidup ini tidak sendiri. Selama kita melakukan sesuatu yang tidak merugikan orang lain, maka kita pada posisi yang benar. Akan lebih benar, apabila sudah tidak merugikan, malahan memberi nilai tambah kepada orang lain.

Gue heran kenapa orang Jepang kalau sedang sakit flu, mereka pada makai masker. Ternyata mereka memang tidak suka membuat kerugian orang lain akibat dirinya. Ingat Walkman? Produk Jepang ini membuktikan bahwa mereka tidak mau mengganggu orang lain. Setiap orang memakai walkman, boleh mendengarkan musik sekeras-kerasnya, dentuman bass segede-gedenya, dentingan symbal senyaring-nyaringnya, tapi tetap tidak merugikan orang lain. Soalnya suara tersebut cuma di kuping dia sendiri.


Pernah lihat Breakdancer di Amerika membawa soundsystem yang dipanggul di bahu mereka? Speakernya yang besar-besar menumpahkan musik hip-hop yang gegap gempita. Jalur pejalan kaki dipakai untuk dance. Tembok di-pylox nama kelompok mereka. Begitulah gaya Amerika memperlihatkan kelakuannya.

Nah, Moge Harley-Davidson yang juga buatan Amerika, didisain dengan suara knalpot yang besar dan ngebass. Motornya belum tiba, pada jarak 200m suaranya sudah tiba duluan. Make My Day! begitulah kata mereka.

Gue jadi ingat sahabat gue waktu masih SMP. Dia cewek yang coba nasihatin gue yang sampai sekarang masih keinget: "Loe boleh bandel, tapi loe gak boleh kurang ajar!" Berhari-hari, bahkan mingguan, gue masih gak ngerti maksud nasihatnya, karena gue saat itu anggap sama apa itu bandel dan kurang ajar. Ternyata gue salah definisi. Bandel adalah sifat bandel yang cuma merugikan diri sendiri. Begitu sifat bandel mulai merugikan orang lain, definisinya jadi berubah: Kurang ajar!

Seorang anak yang manjat pohon rambutan dan makan buahnya sambil nongkrong di atas pohon, bisa aja dibilang anak bandel, selama itu pohonnya sendiri. Tapi begitu yang dipanjat pohon orang lain dan gak pake izin, maka kurang ajar lah yang cocok dikenakan ke anak itu.

Kalau gitu, menurut loe, Koruptor itu termasuk bandel atau kurang ajar? Apa koruptor yang dermawan lepas dari kategori kurang ajar? Gak usah pusing, yang namanya Koruptor, sudah pasti kurang ajar! Gak ada negosiasi dalam hal ini!

Di Indonesia, fenomenanya lebih lucu. Kalau yang namanya sudah kumpul, maka sifat arogannya akan keluar. Gak salah kalau ada yang bilang: dua orang yang berpasangan kumpul, maka yang ketiganya adalah setan. Tapi kalau yang kumpul lebih dari dua dan cenderung banyak, maka semuanya jadi setan....


Lihat kelompok Harley-Davidson pada kasus Sarie, ada juga kelompok moge Tiger, juga motor bebek dan komunitas pecinta merek mobil tertentu. Ada juga anak pulang sekolah yang kumpul-kumpul lalu tawuran. Pulang nonton bola pada kumpul-kumpul lalu tawuran, pakai panah lagi. Ada anggota DPR yang kumpul-kumpul di luar kantor, lalu sepakat korupsi berjamaah. Begitu rame-rame kumpul, maka sikap arogan akan mendominasi.

Jadi pepatah Jawa perlu direvisi menjadi extended version: makan ora (tidak) makan kumpul, kalau sudah pada kumpul, yok "makan orang" (gangguin orang)....

Manusia sebagai individu, apalagi kelompok, sudah selayaknya tidak sombong. Cuma Tuhan Yang Maha Sombong yang punya hak untuk itu. Dan jangan lupa, hikmah apa dibalik penciptaan Hawa setelah Tuhan menciptakan Adam? Hikmahnya: bahwa kita tidak hidup sendiri.

HM Ihsan Kusasi
Feb 12, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar