Akibat Amarah Yang Tak Terkendali
Yakobus 1:19-20
Amarah merupakan ungkapan emosi dengan kekuatan yang sangat luar biasa. Amarah dapat menghancurkan kehidupan, memutuskan hubungan yang baik, dan merusak kesaksian hidup orang percaya.
Rasul Paulus memahami betul dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh ungkapan emosi ini, sehingga ia memberikan beberapa saran untuk mengatasi hal ini. “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.“ (Efesus 4:31-32)
Memang saran dari rasul Paulus tersebut tampak tidak realistis dan sulit untuk dilakukan apabila kita sedang berada di tengah amarah yang memuncak. Tetapi bila saran itu tidak diterapkan, mudah sekali dampak buruk yang ditimbulkan oleh hal itu menimpa kita. Contoh, amarah kita dapat meredam komunikasi dengan orang lain. Meskipun kita merasa tidak terjadi apa-apa, namun sesungguhnya inilah bagian yang paling merusak dari dampak amarah itu. Dengan kata lain orang tersebut memendam kepahitan kepada orang lain tanpa ada yang mengetahuinya. Salah satu akibat terburuk berikutnya adalah depresi. Seiring berjalannya waktu, kepahitan dan permasalahan yang tak terselesaikan akan menyebabkan seseorang menjadi kehilangan kepercayaan kepada Tuhan.
Sesungguhnya kita memiliki pilihan. Kita bisa membiarkan amarah mengendalikan kita, yang artinya kita harus menderita konsekuensi yang ditimbulkannya, atau kita mengatasi amarah kita dengan memberikan pengampunan kepada mereka yang menyebabkan kita mengalami kepahitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar