Setiap break makan siang, gue ke luar gedung kantor untuk recharge perut yang mulai lowbatt setelah 5 jam energi terkuras. Selain itu, terik matahari menjadi treatment yang cukup untuk meradiasi kulit agar mengeluarkan minyak dan melumasi kulit kering karena terlampau lama kena AC ruangan.
Kebetulan resto serta warung makan siang bertebaran di sekitar gedung kantor. Mau menu apa? You name it. Mulai dari donat J.Co sampai semur Jeng.Kol tersedia. Tapi favorit gue adalah makan di warung GETRAW (baca: dari kanan). Selain karena masakan rumahan harganya pun murahan.
Tapi bukan itu saja yang buat gue betah bolak balik GETRAW. Suasana di dalam warung memberikan banyak hikmah kehidupan. Banyak pegawai kantor lain yang juga makan. Gue - mohon maaf kalau gak sopan - sering mendengar cerita-cerita mereka seputar masalah-masalah operasional kantor.
Bukan bermaksud kurang ajar, terkadang gue butuh cerita-cerita tersebut sebagai nara sumber permasalahan di level bawah pada manajemen perusahaan. Dengan mendengar dan menyimak, gue berharap dapat mengambil hikmah dan menjadikan reference dalam keputusan-keputusan manajemen yang gue ambil di kemudian hari.
Selain masalah kantor, ternyata masalah pribadi juga sering mencuat. Terutama - mohon maaf sekali lagi - apabila pas meja di sebelah gue terdiri dari cewe-cewe rumpi. Tapi tetap saja gue hanya mendengar dan menyimak sambil makan, untuk mengambil hikmah permasalah mereka. Mulai dari pacar, suami, anak, sampai selingkuhan. Paling tidak, tips & trick penyelesaian masalah keluarga bisa gue formulasikan.
Perlu dicatat, bahwa gue selalu memposisikan sebagai pendengar dan penyimak. Sehingga tidak satu komentar pun terucap. Selain menurut gue tidak sopan, gue juga gak mau kasih saran atau alternatif solusi secara gratisan... emangnya gue cowo murahan... hihihi...
Sekarang kita masuk ke bagian yang menurut gue seru: gue juga sering mengamati para pengamen. Rata-rata dalam satu rit gue makan siang, which is 10-20 minutes, bisa ada 3-5 hit pengamen mampir ke meja gue. Mulai dari sekelas Indonesian idol, sampai sekelas Indonesian dodol...
Untuk sekelas Indonesian idol, sebagai bentuk apresiasi musik Indonesia (hallaaah), gue selalu selipkan sedikit uang ke dalam - mungkin sudah standarisasi para pengamen supaya hokki - kantong bekas packaging permen berwarna silver metalic. Terkadang, saking bagusnya vocal dan arrangement pengamen, gue suka kasih support, "...kapan loe rekaman, bos?" Gue cuma berharap, ucapan itu jadi pemicu mereka untuk benar-benar menjadi the real Indonesian idol!
Nah, ini yang paling nyebelin, pengamen kelas Indonesian dodol. Yang terjelek dari yang paling jelek dari pengamen kelas ini adalah: seorang bapak yang membawa gitar selayaknya benar-benar pengamen.
Pertama kalinya gue ketemu pengamen ini, dia masuk GETRAW dengan bahasa yang sopan. Dan mulailah dia bernyanyi sambil memainkan gitarnya. Guubbbrraakkk!!! Di sinilah petaka dunia mulai tampak. Tidak ada satu nada pun yang keluar dari mulutnya, yang matching dengan suara gitarnya. Gue pertama kali coba mengoreksi, mungkin kuping gue yang error. Tapi setelah gue liat jari jemari pengamen itu dalam memainkan kunci-kunci nada, ternyata: tidak pindah sama sekali!
Kalau model begini, namanya pengamen palsu. Packagingnya pengamen, contentnya tukang minta-minta. Herannya, bapak pengamen ini selalu ada di jam makan siang, Senin sampai Jumat! Menjadi pengamen palsu sudah bagian dari profesinya. Ikrar gue dalam hati: gak akan pernah gue kasih duit tuh pengamen!! Cuma tukang tipu!!
Memasuki tahun 2009, pengamen palsu seperti ini banyak bermunculan bagai jamur. Mereka adalah pengamen-pengamen high level. Mereka memainkan nada-nada indah namun tetap saja fals. Mereka suarakan janji indah namun cuma sekedar wacana. Cuma sekedar sweetener yang keluar dari bibir.
Pengamen palsu model ini yang notabene adalah beberapa caleg wakil rakyat, begitu keras memainkan gitarnya, begitu keras menyanyikan lagunya. Namun tetap tidak enak didengar. Herannya, mereka tetap mengharapkan sesuatu dari pendengar: dukungan rakyat Indonesia. Model seperti ini, antara packaging dan content tidak selaras. Hati-hati!! Jangan tertipu!!
Tidak ada yang melarang pengamen palsu kelas tinggi bernyanyi. Tidak juga undang-undang. Dan adalah hak rakyat Indonesia untuk memilih mereka. Namun apabila pilihan yang tersedia adalah jelek semua, kenapa hak rakyat Indonesia untuk tidak memilih malah diharamkan?
Guubbbrraakkk!!!
HM Ihsan Kusasi
Jan 30, 2009
Kebetulan resto serta warung makan siang bertebaran di sekitar gedung kantor. Mau menu apa? You name it. Mulai dari donat J.Co sampai semur Jeng.Kol tersedia. Tapi favorit gue adalah makan di warung GETRAW (baca: dari kanan). Selain karena masakan rumahan harganya pun murahan.
Tapi bukan itu saja yang buat gue betah bolak balik GETRAW. Suasana di dalam warung memberikan banyak hikmah kehidupan. Banyak pegawai kantor lain yang juga makan. Gue - mohon maaf kalau gak sopan - sering mendengar cerita-cerita mereka seputar masalah-masalah operasional kantor.
Bukan bermaksud kurang ajar, terkadang gue butuh cerita-cerita tersebut sebagai nara sumber permasalahan di level bawah pada manajemen perusahaan. Dengan mendengar dan menyimak, gue berharap dapat mengambil hikmah dan menjadikan reference dalam keputusan-keputusan manajemen yang gue ambil di kemudian hari.
Selain masalah kantor, ternyata masalah pribadi juga sering mencuat. Terutama - mohon maaf sekali lagi - apabila pas meja di sebelah gue terdiri dari cewe-cewe rumpi. Tapi tetap saja gue hanya mendengar dan menyimak sambil makan, untuk mengambil hikmah permasalah mereka. Mulai dari pacar, suami, anak, sampai selingkuhan. Paling tidak, tips & trick penyelesaian masalah keluarga bisa gue formulasikan.
Perlu dicatat, bahwa gue selalu memposisikan sebagai pendengar dan penyimak. Sehingga tidak satu komentar pun terucap. Selain menurut gue tidak sopan, gue juga gak mau kasih saran atau alternatif solusi secara gratisan... emangnya gue cowo murahan... hihihi...
Sekarang kita masuk ke bagian yang menurut gue seru: gue juga sering mengamati para pengamen. Rata-rata dalam satu rit gue makan siang, which is 10-20 minutes, bisa ada 3-5 hit pengamen mampir ke meja gue. Mulai dari sekelas Indonesian idol, sampai sekelas Indonesian dodol...
Untuk sekelas Indonesian idol, sebagai bentuk apresiasi musik Indonesia (hallaaah), gue selalu selipkan sedikit uang ke dalam - mungkin sudah standarisasi para pengamen supaya hokki - kantong bekas packaging permen berwarna silver metalic. Terkadang, saking bagusnya vocal dan arrangement pengamen, gue suka kasih support, "...kapan loe rekaman, bos?" Gue cuma berharap, ucapan itu jadi pemicu mereka untuk benar-benar menjadi the real Indonesian idol!
Nah, ini yang paling nyebelin, pengamen kelas Indonesian dodol. Yang terjelek dari yang paling jelek dari pengamen kelas ini adalah: seorang bapak yang membawa gitar selayaknya benar-benar pengamen.
Pertama kalinya gue ketemu pengamen ini, dia masuk GETRAW dengan bahasa yang sopan. Dan mulailah dia bernyanyi sambil memainkan gitarnya. Guubbbrraakkk!!! Di sinilah petaka dunia mulai tampak. Tidak ada satu nada pun yang keluar dari mulutnya, yang matching dengan suara gitarnya. Gue pertama kali coba mengoreksi, mungkin kuping gue yang error. Tapi setelah gue liat jari jemari pengamen itu dalam memainkan kunci-kunci nada, ternyata: tidak pindah sama sekali!
Kalau model begini, namanya pengamen palsu. Packagingnya pengamen, contentnya tukang minta-minta. Herannya, bapak pengamen ini selalu ada di jam makan siang, Senin sampai Jumat! Menjadi pengamen palsu sudah bagian dari profesinya. Ikrar gue dalam hati: gak akan pernah gue kasih duit tuh pengamen!! Cuma tukang tipu!!
Memasuki tahun 2009, pengamen palsu seperti ini banyak bermunculan bagai jamur. Mereka adalah pengamen-pengamen high level. Mereka memainkan nada-nada indah namun tetap saja fals. Mereka suarakan janji indah namun cuma sekedar wacana. Cuma sekedar sweetener yang keluar dari bibir.
Pengamen palsu model ini yang notabene adalah beberapa caleg wakil rakyat, begitu keras memainkan gitarnya, begitu keras menyanyikan lagunya. Namun tetap tidak enak didengar. Herannya, mereka tetap mengharapkan sesuatu dari pendengar: dukungan rakyat Indonesia. Model seperti ini, antara packaging dan content tidak selaras. Hati-hati!! Jangan tertipu!!
Tidak ada yang melarang pengamen palsu kelas tinggi bernyanyi. Tidak juga undang-undang. Dan adalah hak rakyat Indonesia untuk memilih mereka. Namun apabila pilihan yang tersedia adalah jelek semua, kenapa hak rakyat Indonesia untuk tidak memilih malah diharamkan?
Guubbbrraakkk!!!
HM Ihsan Kusasi
Jan 30, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar