Senin, 20 April 2009

JEGGEERRRRRR!!

JEGGEERRRRRR!! Suara keras sebuah mobil menabrak sesuatu. Sebuah pohon yang sedang asyik berdiri di pinggir jalan ditabrak sebuah mobil sampai mobil itu hampir terbelah. Head to head. Kecelakaan beberapa hari berselang ini terjadi di kota Malang, Jawa Timur, salah satu kota pelajar terbesar di Indonesia.

Sibuklah Malaikat Maut mencabut 9 nyawa yang berada di dalam mobil tersebut. Mereka bekerja dengan cepat. Sangat cepat. Sangat efisien. Sampai-sampai salah satu dari nyawa yang tercabut itu tidak sempat untuk memakai baju. Hah?

Iya benar. Pada saat dievakuasi penduduk keluar dari dalam mobi, salah satu penumpang, sorang mahasiswi, ternyata dalam keadaan telanjang bulat. Mobil yang berisi 9 mahasiswa dan mahasiswi dari beberapa Perguruan Tinggi di kota Malang ini, menjadi tempat eksekusi bagi mereka yang baru saja pulang pesta minum minuman keras (miras). Hiiii...

Haruskah mereka meregang nyawa dalam kondisi seperti itu. Bagaimana perasaan orang tua mereka? Mungkin bagi keluarganya, mendapatkan anaknya meninggal kecelakaan adalah musibah. Mendapatkannya dalam keadaan mabuk adalah musibah kwadrat. Dan mendapatkannya dalam keadaan telanjang bulat adalah musibah pangkat tiga. Sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah begitu, dia jatuh pas di kubangan air kotor pula.

Hikmah yang harus kita ambil adalah bahwa miras merupakan sebuah bahaya laten. Sesuatu yang mudah sekali dilakukan, didapatkan, dikonsumsi, namun membuat dampak kerugian yang besar, baik langsung seperti kecelakaan di atas, maupun tidak langsung dengan jangka waktu lama seperti kerusakan organ tubuh semisal ginjal.

Alkisah, ada seorang pemuda yang alim, dimana menjadi obsesi setan untuk menggodanya. Maka Raja setan pun mengutus anak buahnya yang berpangkat Kopral untuk membujuknya melakukan pembunuhan.

Dibisikanlah pemuda alim itu untuk membunuh tetangganya yang kaya agar dia bisa menguasai hartanya. Kopral setan itu berpikir pemuda itu pasti cowo matre, silau akan harta. Salah. Pemuda itu tidak bergeming sedikit pun akan bisikan sang Kopral.

Balik ke Raja setan, sang Kopral melaporkan kegagalan misinya. Akibatnya dia dihukum harus mengikuti ulang pelatihan dengan sandi Tipsani - Tipu sana sini... hihihi...

Selanjutnya Raja setan mengutus Kolonel setan untuk menggoda pemuda alim itu melakukan pemerkosaan. Kolonel setan ini lebih berpengalaman dibanding sang Kopral dalam menggoda manusia. Maka, setiap pemuda itu berjalan melewati wanita-wanita memakai rok yang mini, atau baju you can see, atau baju dengan bahan tipis, sang Kolonel selalu marayu pemuda alim itu untuk memperkosa, dengan membisikkan kode berupa sebuah pantun, "Ciputat - Tanah Kusir... Baju loe ketat - gue naksir..."

Tapi tetap saja pemuda alim itu tidak tergoda untuk melakukan pemerkosaan. Walaupun sempat melirik, pemuda itu punya prinsip: melihat sekali masih boleh, melihat kedua kalinya sudah dosa.

Balik juga ke Raja setan, sang Kolonel setan juga melaporkan kegagalan misinya. Dia juga akhirnya dihukum harus mengikuti pelatihan Tipsani, cuma kali ini yang advance level...

Geram si Raja Setan, dia berpikir kenapa anak buahnya bodoh sekali. Dia teringat akan janjinya di hadapan Tuhan saat Raja Setan ngeyel tidak mau sujud kepada manusia pertama ciptaan Tuhan - Adam - sehingga diusir untuk turun ke bumi: janji untuk selalu menggoda manusia. Bukankah janji itu harus ditepati? Demikian pikir Raja Setan.

Akhirnya Raja Setan memanggil anak buahnya dengan level Jenderal. Gak tanggung-tanggung, Jenderal Besar yang dipanggil. Gak banyak Jenderal dengan pangkat bintang 5 di jajaran setan. Pada level ini penguasaan strategy dan tactical untuk menggoda manusia sudah mumpuni. Pelatihan Tipsani pun sudah khatam.

Segera Jenderal Besar setan beraksi. Dibantu alat GPS akhirnya ketemu juga pemuda alim tersebut sedang berjalan pulang ke rumah. Dari data-data intelijen anak buahnya, sang Jenderal mengetahui bahwa pemuda alim ini sedang pusing karena sesuatu hal. "Inilah kesempatan menggoda pemuda itu...!" guman sang Jenderal sambil tersenyum culas.

Dengan berbagai cara, sang Jenderal merayu pemuda alim itu untuk minum miras. "... sudah coba saja biar pusing kamu hilang..." atau "... cuma sedikit kok gak bikin mabok..." atau "... itu kan cuma air, sama seperti minuman yang lainnya..." Di pertengahan jalan pulang, akhirnya pemuda itu berbelok dan mampir ke kedai minuman. Dipesanlah miras walau cuma segelas. Berkata di hati pemuda itu, "Gak apa apa lah cuma sedikit. Biar pusingnya hilang."

Karena dasarnya memang gak pernah minum miras, dengan segelas kecil aja pemuda itu langsung fly. Sekaligus langsung hilang pusingnya. Bahkan kini dia seakan melihat bidadari khayangan, padahal itu hanya pelayan wanita kedai minuman tersebut. Akhirnya pemuda itu minta nambah. Tetap segelas kecil. Tidak lebih dari 3 gelas, pemuda alim itu sudah teler berat. Sang Jenderal tersenyum penuh arti di pojokan kedai. Kedua tangannya bersatu saling mengelus seperti sedang cuci tangan. Rupanya Jenderal Besar setan punya Plan B, bisa jadi juga Plan C. Tidak akan ada manusia pun paham pikiran setan.

Dalam kondisi mabok berat, pemuda itu mengajak pulang pelayan wanita dengan dalih lebih aman diantar dia. Wanita itu tahu siapa pemuda alim ini, sehingga menerima saja tawaran pulang bareng. Apalagi dijanjikan keamanan sepanjang jalan. Tapi kehormatan, siapa yang janji? hihihi...

Benar saja, di pertengahan jalan, pemuda mabok itu segera menarik wanita itu ke semak-semak rimbun nan sepi. Diperkosalah wanita itu berkali-kali sampai pingsan. Sang Jenderal yang mengintip dari balik semak terlihat tersenyum puas. "Plan B. Mission accomplished!" gumannya senang.

Sekarang Jenderal Besar setan akan execute Plan C: merayu pemuda itu lagi. Dibisikkannlah kalimat pamungkas. "Bung, ente kan terkenal sebagai pemuda alim di kampung ini. Nanti kalo wanita itu siuman dan lapor ke warga kampung bahwa ente telah memperkosanya, habislah nama baik ente...! Sudahah... mumpung masih gelap, tidak ada yang lihat, ente bunuh aja wanita ini...!" Tanpa pikir panjang karena sedang mabok, akhirnya wanita itu dibunuh juga. Maka lengkaplah sudah tugas dari Raja setan yang sebelumnya pernah di-assigned kepada Kolonel setan dan Kopral setan untuk pemuda alim ini. End of story.

Demikianlah bagaimana bahaya laten miras itu bisa merusak tatanan masyarakat. Maka khusus untuk miras, pengenaan punishment berupa dosa tidak saja kepada yang meminum miras. Terkena juga kepada yang menuangkan miras kedalam gelas. Terkena juga kepada yang menjual miras. Terkena juga kepada pembuat miras. Dengan multi level dosa akibat miras ini, sudah seharusnya manusia paham akan bahaya miras. Sayang, 9 mahasiswa dan mahasiswa di kota Malang tersebut di atas terlambat untuk memahaminya.

Tidak ada yang didapat 9 mahasiswa dan mahasiswi itu, kecuali JEGGEERRRRRR!! nyawa meregang.

note. memperingati Ibu Kartini hari ini, sudah saatnya kita re-evaluasi emansipasi yang diperjuangkan Beliau: emansipasi kesamaan hak untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan. Bukannya emansipasi untuk berbuat seenaknya tanpa batas-batas moral seperti yang terungkap akibat kasus kecelakaan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar