“A rose by any other name would smell as sweet.” - William Shakespeare
Nama memang tidak banyak berarti namun hal-hal yang diasosiasikan dengan nama tersebutlah yang menjadikan sebuah nama sesuatu yang sangat berarti. Nama-nama seperti BMW, Apple, Harley Davidson, Roti Bakar Eddie, Pak Kumis, bahkan Sederhana, memiliki makna masing-masing namun seluruhnya berarti sangat besar baik bagi perusahaan pemilik nama tersebut maupun pelanggan atau penggunanya.
Jika suatu hari tiba-tiba mereka semua merubah namanya apakah yang akan terjadi? Akankah konsumen beralih ke merek lain, tetap setia, atau lebih berhati-hati? Apakah perubahan nama lantas berarti perubahan produk, kualitas, dan reaksi dari konsumen? Belum tentu namun inilah yang menjadi hal yang menarik.
Lalu apakah merek itu sendiri?
Brand atau merek bukanlah sekedar nama tetapi juga mencakup citra dan pelayanan.
Merek adalah salah satu hal yang membedakan sebuah unit usaha dan produk atau layanannya dari kompetitor terutama dalam industri yang sama. Nilai sebuah merek akan didapatkan dari berbagai aspek yang menyangkut usaha yang menggunakan merek tersebut yang menjadikan konsumen merasa lebih nyaman menggunakan merek tertentu dibandingkan dengan merek lainnya.
Saat Apple mengubah nama-nama produknya dari iBook, PowerBook, PowerMac dan iPod mini menjadi MacBook, MacBook Pro, Mac Pro dan iPod nano, apakah konsumen Apple beralih? Nyatanya produk-produk baru tersebut menjadi jauh lebih laris daripada pendahulunya. Kemudian Apple mengubah namanya dari Apple Computer, Inc. menjadi Apple, Inc.
Banyak yang berspekulasi pada awal 2007, saat perubahan itu dicanangkan, bahwa Apple akan meninggalkan atau mengurangi kiprahnya di bisnis komputer untuk mengejar pasar barang elektronik lainnya, terutama iPod. Ada pula yang mengatakan bahwa ini adalah akhir dari Mac.
Menurut laporan keuangan tahun 2008, Apple menikmati peningkatan rata-rata 33% dari seluruh unit bisnisnya.
Bisnis komputer yang dikatakan akan ditinggalkan nyatanya meningkat secara kolektif dari $10 milyar pada tahun 2007 menjadi $14 milyar pada 2008.
Lalu apa kabar iPod? Unit bisnis yang dipuja-puja para pialang saham hanya mengalami peningkatan kurang dari 10% dari $8 milyar ke $9 milyar. Kelihatannya pasar iPod dijegal oleh iPhone yang sejak pertengahan 2008 mulai tersedia secara berkala di 70 negara secara resmi, selain dari sudah membanjirnya iPod di dunia sehingga konsumen lebih memilih iPhone yang baru daripada iPod yang baru.
Laporan tersebut juga mengatakan bahwa Apple menjual hampir 6.9 juta unit iPhone hanya pada kuartal ke empat. Pencapaian ini menjadikan Apple produsen smartphone nomor tiga di dunia setelah Nokia dan RIM dan menurut survey kepuasan konsumen, iPhone menggeser Blackberry milik RIM sebagai smartphone terbaik nomor dua setelah Nokia.
Nama tidak penting?
Dalam hal ini, nama tidak berarti banyak bagi konsumen Apple karena kualitas dan kemampuan adalah brand yang dimiliki Apple, bukanlah nama produk. Apple dapat memberikan produknya nama apapun yang mereka inginkan dan akan tetap laris karena nama produk bukanlah brand yang diusung Apple, namun kualitas, kemampuan, dan style yang dijunjung tinggi.
Apa ini berarti jika Apple tiba-tiba mengganti namanya menjadi Durian akan tidak ada efeknya? Tentu saja tidak. Nama tetap penting untuk menjaga citra produk dan perusahaan namun nama dapat sewaktu-waktu berubah, apalagi logo jika dirasa perlu.
Merek Lexus atau Acura di Jepang tidak dikenal. Seluruh model dua merek tersebut hadir di negara asalnya masing-masing di bawah bendera Toyota dan Honda. Ketika sampai di Indonesia sebagai produk importir umum, mobil dengan lencana Lexus lebih menarik daripada mobil yang sama dengan nama Toyota dan memiliki harga yang lebih tinggi karena nama Lexus lebih mencerminkan kemewahan daripada nama Toyota yang sinonimus dengan pasaran.
Kekuatan branding
Awalnya Blue Bird adalah satu-satunya usaha taxi yang menggunakan warna biru. Kuning berarti Presiden Taksi, hijau beratap oranye adalah Taksi Koperasi. Kemudian menjamurlah bisnis taxi sehingga banyak taxi baru bermunculan dan menggunakan warna biru untuk menjaring penumpang.
Nama bisa berbeda-beda namun warna yang banyak dipilih adalah biru karena taxi biru = Blue Bird = kualitas baik, yang berarti pilihan penumpang. Presiden Taksi pun merubah namanya menjadi Prestasi dan menggunakan warna biru, kemudian Kosti Jaya juga menggunakan warna biru, dan ada beberapa taksi lain yang menggunakan warna ini.
Banyak sekali penumpang taxi terkecoh dan menyalahkan Blue Bird ketika menerima pelayanan yang kurang baik padahal belum tentu Blue Bird yang mereka gunakan. Namun publik sudah mengasosiasikan warna biru dengan nama Blue Bird karena warna tersebut sudah lama mereka gunakan dan dengan sendirinya publik mengasosiasikan dua elemen ini.
Beberapa waktu lalu Blue Bird berhasil mendorong beberapa kompetitornya untuk menggunakan warna lain atau menggunakan corak yang dapat dengan mudah dibedakan oleh calon penumpang.
Grup taksi Pusaka sekitar lima belas tahun yang lalu dibentuk di bawah bendera Blue Bird untuk berbagi nama, merek, dan fasilitas. Nama Blue Bird semakin melambung karena bertambahnya armada taxi mereka dengan berbagai nama yang diusung oleh Pusaka di bawah nama, kualitas, dan kesatuan usaha Blue Bird.
Pernah dengar nama es krim Streets? Kalau Selecta? Bagaimana dengan Ola dan Good Humor? Tapi kalau Wall’s pasti pernah. Nah, kita di Indonesia mengenal produk-produk es krim di atas dengan nama Wall’s. Logo yang digunakan pun sama, yaitu logo “Heartbrand” dari Unilever. Di banyak negara seperti Amerka Serikat, Australia, Selandia Baru, Jerman, nama utama yang digunakan berbeda.
Ini menunjukkan bahwa merek satu produk pun bisa berbeda-beda dalam sebuah perusahaan namun dengan kualitas yang sama. Walhasil, ke mana pun di dunia ini kalau mencari es krim produk Unilever, yang menjadi panutan bukan lagi nama tetapi logo.
Inti dari ini semua adalah, sebuah usaha tidak akan melambung karena nama yang dipilihnya. Namun nama usaha akan melambung jika disertai kualitas produk dan pelayanan yang layak.
Sudahkan Anda menjaga dan mengembangkan dengan baik nama usaha Anda?
–
Ditulis oleh Aulia Masna. Aulia Masna adalah community manager dan Group Ambassador untuk id-mac
Apple User Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar