16 Dec 2009
Harian Ekonomi NeracaNasional
Bisnis industri media sangat kompetitif Soalnya selain membutuhkan padat modal, di bisnis inipun perputaran arus juga sangat dinamis. Makanya hanya sedikit media saja yang bertahan di industri ini termasuk diantaranya Sinya Gtra Televisi (SCTV) di bawah naungan PT Surya Citra Media Tbk (SCM). Mereka sudah menjadi ikon di industri pertelevisian swasta.
ICRACA
Bagi raja media SCTV. Fo-fo Sariatmaja keberadaan SCTV bisa menjadi mesin bisnis bagi dinastinya. .Apalagi media sangat memiliki pengaruh bagi pembentukan cilia positif ataupun negative dari sebuah permasalahan yang terjadi secara nasional. Sadar akan hal itu, Fofo pun menyiapkan sejumlah langkah kuda yang mematikan.Sepanjang 2009 ini kebijakan media di SCTV berubah total. Arah perubahan ini ditandai sejak Rosiana Silalahi tidak lagi menggawangi Liputan 6 Xews di stasiun tersebut (tossy, panggilan akrabnya, memutuskan untuk keluar dari stasiun yang membesarkan namanya itu untuk berkiprah sendiri secara nasional. Hanya sempat terbetik kabar, hengkangnya Rossy itu karena ada perseteruan antara kebijakan konvergensi media yang sedang dilakukan oleh SCTV.
Praktis kedudukan Rossy sebagai petinggi di liputan 6 itu pun digantikan oleh Don Bosco Selamun. Orang baru yang terbuang lama ini pun kembali lagi ke Liputan 6 SCTV. Dia memang sebelumnya pernah berada di Liputan 6 SCTV sebelum akhirnya hengkang ke Metro TV dan akhirnya kembali lagi ke Liputan 6 SCTV.Kembalinya pria tambun ke SCTV1 itu kurang mendapat respon yang baik di internal. Tapi kabarnya. Don Bosco kembali ke SCTVatas ajakan Fofo secara langsung. Cuma ini masih sas-sus yang beredar saja.Sumber Neraca bilang, Don Bosco dipercaya untuk melakukan kebijakan baru di media tersebut. Salah satunya yang digembar-gemborkan adalah melalaikan dher-sjfikasi usaha melalui upaya konvergensi usaha mereka. Maksudnya mereka menggabungkan beberapa berita yang tadinya berdiri masing-masmg menjadi satu payung utama Liputan 6 SCTV.
Hasilnya sejak setahun terakhir ini. SCTV rajin menawarkan berbagai macam program berita ke televisi berbayar alias pay TV di Indonesia. Program itu meliputi program hard news maupun program soft news. Kesemua program hu sudah bisa dinikmati di Telkomvision yang menyajikan kanal berita Liputan 6 selama 24 jam nonstop.Adapun berita yang tersa-j ikan adalah berita yang selama ini tidak pernah sempat ditayangkan di SCTV dengan durasi yang terbatas. Praktis, banyak berita dari daerah yang melintas di kanal Telkomvision tersebut termasuk berita nasional yang re- run
Selain menyuplai berita untuk tayangan berbayar tersebut SCTV juga menyediakan tayangan musik di kanal yang sama. Dan tampaknya mereka berusaha untuk memanjakan segmen premium terutama kelas A. Soalnya hanya segmen premium lah yang bisa menikmati sajian televisi berbayar tersebut.Tak puas memasar pasar baru itu, SCTV pun menjajal peruntungan dengan membuat film yang diproduksi secara langsung. Mereka pun mencoba membuat film di bawah bendera PT Surya Ci tra Pictures. Hasilnya sudah ada beberapa Bim yang ditawarkan ke Malaysia dan Singapura. Hanya saja, mereka masih enggan untuk membeberkan raihan pendapatan dari usaha barunya ttu.
Tampaknya di tahun macan mendatang, SCTV bakal benar-benar akan membanting stir, (ika tadinya tayangan berita di SCTV memiliki porsi sekitar 40 %, maka porsi itu akan berubah komposisinya. Mereka akan murni mengejar tayangan hiburan yang terbukti ampuh buat mengerek pendapatan. Rencananya, tayangan hiburan akan berporsi sekitar 80% ketimbang tayangan beritanya.
Buntut dari pergeseran kebijakan itu, membuat liputan 6 SCTV menjadi kehilangan tap. Tayangan itu tidak lagi setajam dan Rp1-* dulu. Bisa dibilang Liputan 6 SCTV ndak lagi menjadi yang terdepan untuk urusan tayangan berita. Mereka selalu terlambat menayangkan berita ketimbang competitor lain seperti Metro Thi dan fm One.Lagipula. SCTV menganggap kalau tayangan hiburan itu mampu mendongkrak kue iklan dan pemirsa. Terutama untuk tayangan sinetron dan berbagai macam program musik dan hiburan.
Buntut panjangnya, SCTV pun terpaksa melakukan perampingan karyawan terutama inereka yang bekerja di Liputan 5 SCTV. Hampir sebanyak 500 orang karyawannya terpaksa mengambil pension dini untuk mendukung usaha SCTV itu. Ham a ada beberapa karyawan saja yang akan dipertahankan untuk Eputan tersebut.Mereka melakukannya sejak 5 September silam. Dan program preampingan ini diperkirakan selesai akhir tahun ini. SCTV pun juga merencanakan tidak akan menambah pasokan karyawan baru untuk mengisi Liputan 6 tersebut Nahas memang, tapi apa mau dikata.
Kinerja Usaha.
Hanya saja anehnya on tran-ontran mereka di dalam tidak mempengaruhi kinerja usaha perusahaan. Mereka pun masih bisa mencetak laba hingga akhir semester kedua 2009 ini. Adapun laba bersih yang berhasil mereka catat adalah sebesar Rp 176 miliar. Jumlah ini turun bila dibandingkan dengan laba bersih tahun lalu yang mencapai Rp 192 miliar. Penurunannya mencapai 83 % Laba bersih itu berhasil diperoleh dari pendapatan bersih mereka sebesar Rp 1,2 triliun di 2009. Sementara pendapatan bersih mereka di 2008 mencapai Rp 13 triliun. Nilai pendapatan ini menurun sekitar 7,6 V
Kontribusi laba terbesar bagi SOJ berasal dari SCTV yang menyumbangkan hingga 99 % laba. Sisanya berasal dari stasiun televisi lain seperti O Channel di bawah PT Omni biovision- Televisi one hanya disiarkan secara lokal yang mencakup wilayah Jakarta dan sekitarnya 6 Channel fokus pada program komersial, lifestyle, dan hiburan.Sementara untuk beban usaha mereka cenderung menurun di tahun ini Hingga semester kedua ini beban usaha mereka mencapai Rp 628 miliar. Jumlah rni menurun tipis bila dibandingkan dengan beban usaha mereka di 2008 yang mencapai Rp 698 miliar. Penurunannya sekitar Rp 70 miliar atau hanya mencapai 7 % saja
Sepanjang tahun 2009 ini pendapatan iklan bersih diperkirakan mencapai hampir menembus Rp 2 triliun. Padahal di semester 1 lahi pendapam iklan bersih mereka mencapai Rp 707 miliar. Ini artinya ada kenaikan hampir sekitar Rp 300 miliar selama satu semester ini.Raihan itu jelas mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pendapatan iklan sepanjang 2008 yang menembus angka Rp 1,7 triliun Adapun factor yang menyebabkan kenaikan itu adalah event Pemilu di tahun ini.Pendapatan iklan juga bakal terdongkrak lagi pada tahun depan karena adanya event Piala Dunia 2010. Angka kenaikannya bisa mencapai 20 %.
Perseroan juga membukukan beban lain-lain bersih sebesar Rp 54.6 miliar yang antara lain disebabkan rugi selisih kurs yang mencapai Rp 83 miliar dan penghasilan bunga yang turun Rp 28,7 miliar, beban bunga, amortisasi goodwill dan beban lain-lain.Kemungkinan besar SCM bakal menerbitkan capital expenditure (capex) sebesar 93 miliar - Rp 100 miliar di 2010. Nilai capex itu setidaknya setara dengan capex pada tahun 2009. Modal itu nantinya akan diambilkan dari internal perusahaan.Nantinya capex akan dipergunakan untuk belanja alat peremajaan peralatan studio, infrastruktur, dan kebutuhan untuk siaran. Dengan capex itu perusahaan berharap ada pertumbuhan sekitar 10 % di 2010. Ini arti nya sama dengan pertumbuhan di 2009.
Awal mula SCTV
Tidak terasa SCTV sudah hampir 19 tahun berdiri. Padahal modal pendirian awal SCTV itu berasal dari jualan kelapa sawit di pasar bursa. Tepatnya mereka membeli dan menjual perusahaan perkebunan kelapa sawit PT London Sumatera Indonesia (Lonsum) di tahun 2001. Sementara SCTV baru mengudara sejak 2002.Adalah keluarga Sariat mad ja yang pertama kali mengawali ini. Mereka pun menguasai 19.62% saham SCM lewat PT Abhimata Mediatama. Mereka terus menambah kepemilikan saham hingga 100% dengan membeli saham milik Henry Pribadi dan Agus Lasmono. salah sa"t putra Sudwikatmono.Keluarga Sariaatmadja juga mendirikan O Channel dengan menggandeng PT Mugi Rekso Abadi (MRA).
Disadur dari:
http://bataviase.co.id/node/17855
Tidak ada komentar:
Posting Komentar