Shinta Dhanuwardoyo, CEO Mojopia
Transformasi Belanja ke Arah E-Commerce
Pengelola Plasa.com ini optimis e-commerce di Indonesia akan menjamur dua tahun ke depan.
Kamis, 8 April 2010, 12:19 WIBMuhammad Chandrataruna
VIVAnews - Pada 27 Maret 2010 silam, Plasa.com muncul ke ranah dunia maya Tanah Air dengan "wajah" barunya. Kini, PT Metranet, anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) yang memegang brand Plasa.com ini mengaku akan fokus pada e-commerce.
Lalu, apa yang dicari raksasa telekomunikasi Telkom melalui portal e-commerce-nya? Berikut kutipan wawancara ekslusif VIVAnews dan Shinta Dhanuwardoyo, Chief Executive Officer Mojopia saat ditemui di kantornya di wilayah Kebayoran Baru, Jakarta, pada hari Selasa, 6 April 2010.
Apa yang membedakan Plasa.com dengan situs-situs e-commerce yang ada sekarang ini, seperti misalnya Tokopedia.com atau Kaskus?
Kalau Kaskus kan lebih cenderung ke situs komunitas. Sementara di Plasa.com, kami ingin menciptakan ekosistem baru yang full e-commerce saja.
Jadi, di dalamnya, kami membebaskan seseorang untuk men-setup atau menciptakan toko online-nya sendiri. Begitu pula merchant. Sementara, di sisi pembeli, mereka akan lebih mudah mendapatkan barang-barang yang diinginkan, komplit, dari mulai transaksi hingga shipping.
Daripada Kaskus, mungkin Plasa.com lebih mirip dengan Tokopedia.com. Hanya saja, dari awal, Plasa.com dibuat untuk membantu UKM dan mendorong individu dengan mewadahi mereka berwiraswasta atau berjualan secara online.
Bagaimana prosedur di Plasa.com jika seorang individu ingin berdagang?
Ya, ini memang tidak dibatasi untuk UKM saja. Individu yang tidak punya perusahaan pun bisa memasarkan barang dagangannya. Sampai saat ini, kita tidak membatasi berapa jumlah item yang dipunyai penjual untuk bisa bergabung dengan Plasa.com. Jadi, walaupun cuma punya satu item barang, mereka tetap bisa menjualnya via Plasa. Kendati tak dibatasi, sejauh ini, seorang penjual selalu mempunyai item yang lebih dari satu dan variatif.
Registrasinya mudah. Baik individu maupun UKM, syaratnya hanya mempunyai kartu NPWP. Karena, di sisi keamanan lebih terjamin, terutama untuk mencegah fraud (penipuan). Selain itu, di sisi konten, akan lebih tertib dan terkontrol.
Khusus untuk UKM, kita tidak mengenakan biaya apa pun di tahun 2010, baik biaya pendaftaran ataupun transaksi. Nanti, kalau memungkinkan untuk mengambil profit dari sini, akan kita evaluasi dulu seperti apa sistem membershipnya. Di tahap awal, fokus kita mencari trafik dan branding dulu.
Terkait mekanisme pembayaran, channel apa saja yang disediakan Plasa.com?
Pertama, bisa melalui Plasa.com. Jadi, Plasa.com semacam media yang menjembatani antara pembeli dan penjual. Kami akan memastikan uang dari pembeli dan barang dari penjual ada, baru setelah itu transaksi dilakukan.
Kedua, pengunjung juga bisa dengan kartu kredit (credit card). Untuk channel pembayaran satu ini, kami menggunakan platform milik BII, karena dia satu-satunya yang mempunyai itu. Sistem di dalamnya sudah dilengkapi fraud detection (software untuk mendeteksi penipuan), jadi relatif lebih aman.
Perlu dicatat, dengan menggunakan platform milik BII, pengunjung tetap bisa bertransaksi dengan kartu kredit bank manapun, tidak harus BII.
Sekedar memudahkan pembeli, kami juga menyediakan jasa kurir melalui mitra kami, yaitu NCS. Sehingga, kalau pembeli ingin memakai jasa kurir, mereka tinggal memilihnya di keranjang belanja yang ada di dalam website Plasa.com.
Bagaimana perbandingan penggunaan kartu kredit dan transfer uang di Indonesia saat ini?
Kalau saya amati, sekarang ini, masyarakat di Indonesia masih sangat nyaman dengan layanan transfer uang, entah kenapa. Mungkin karena jumlah kartu kredit di sini masih belum banyak.
Lagi pula, nantinya kami akan menyasar target user anak muda, yang mana rata-rata tidak memiliki kartu kredit. Untuk menyiasatinya, mungkin kita akan membuka channel pembayaran yang berbeda lagi, misalnya semacam voucher-voucher belanja yang lebih sederhana.
Selain T-Cash dan Flexi Cash, dalam waktu dekat kita juga akan bekerja sama dengan PayPal. Karena, asumsinya pasar kita juga akan datang dari luar negeri. Kita sedang mengembangkannya ke dalam sistem pembayaran satu bulan ke depan.
Sejauh ini, kendala apa yang sering ditemukan?
Mungkin sedikit di mekanisme pembayaran. Ketika pesanan dari pembeli masuk, tapi merchant yang bersangkutan tidak mengeceknya. Kami tidak tahu frekuensi mereka mengecek pesanan itu berapa kali sekali. Bisa saja tiga hari sekali. Sementara kita menerima komplain dari para pembeli. Jadinya, kita yang mengingatkan para merchant via telepon atau SMS untuk membuka e-mail.
Sementara ini, semua komunikasi via e-mail. Kita sempat berfikir untuk memanfaatkan mobile, tetapi siapa yang mau menanggung jika ada masalah seperti ini. Kalau kita mengingatkan para merchant via SMS, itu akan jadi expense (pengeluaran) lagi. Makanya, sementara ini, kita siapkan orang-orang untuk mengecek e-mail satu per satu.
Bagaimana jika suatu hari nanti pesanan yang masuk mencapai ribuan?
Nah, along the way, kita mencari tahu seperti apa cara yang paling nyaman bagi pembeli dan penjual, mencari cara terbaik untuk mengecek orderan satu per satu. Tetapi, jika orang lebih percaya langsung ke penjual yang dikehendaki, silahkan saja.
Sejak 27 April 2010, sudah berapa transaksi jual beli yang tercatat?
Saya tidak tahu persis. Tapi, seingat saya di dua hari pertama, tercatat sekitar 75 transaksi. Nilainya saya belum tahu.
Dari kurang lebih 75 transaks, item barang apa saja yang sering dicari dan ditransaksikan?
Buku, pakaian (apparel), aksesoris seperti anting dan kalung, dan sejenisnya. Makanan kering juga ada. Beberapa sisanya elektronik, tapi masih kecil porsinya. Karena, mungkin selain pilihan di Plasa sekarang ini belum banyak, untuk kategori elektronik orang lebih cenderung untuk mengunjungi toko-toko offline.
Bagaimana dengan pertumbuhan trafik Plasa.com?
Itu pun saya nggak hafal detailnya. Yang jelas, sejak diluncurkan dan transaksi mulai dibuka, ada peningkatan sedikit demi sedikit.
Hingga saat ini, baru ada kurang lebih 160 merchant yang mendaftar di Plasa.com. Total item barangnya sudah lebih dari 8.000 item. Lebih dari 90 persen dari total item itu adalah milik merchant. Persentase yang individu masih kecil sekali.
Kebanyakan memang merchant yang sign up, misalnya, selebriti, atau orang biasa yang punya toko. Itu dikategorikan merchant atau UKM. Kita targetkan bisa mencapai 1.000 merchant akhir tahun ini.
Berbicara tentang e-commerce, keamanan transaksi menjadi isu utama. Apakah sejauh ini di Plasa.com pernah terjadi kasus penipuan (fraud)?
Belum ada. Tapi, kata BII, yang namanya kartu kredit, potensi penipuan itu pasti ada. Sebab itu, mereka mengantisipasinya dengan fraud detection di dalam sistem pada platformnya.
Kabar terakhir yang saya dapat, potensi kejahatan kartu kredit masih sebesar 45 persen. Tapi, BII sudah berkecimpung di sektor ini selama lebih dari enam tahun. Jadi, saya kira mereka sudah cukup berpengalaman untuk menangani masalah ini ya.
Apa strategi Plasa.com untuk mencegah terjadinya penipuan?
Membangun kepercayaan publik memang butuh waktu. Kita sekarang fokus ke back end-nya dulu. Di payment gateway ada fraud detection, jadi tidak perlu khawatir. Ini semua khusus untuk layanan pembayaran kartu kredit, karena memang lebih berpotensi diserang penjahat cyber.
Di dalam payment gateway BII, terdapat sistem yang bisa memverifikasi account yang punya kartu kredit. Lalu, mereka juga bisa mendeteksi behave (perilaku) dari pemegang kartu kredit. Sehingga, ketika pelaku penipuan mau melakukan transaksi yang ke sekian kali, itu bisa terdeteksi atau ketahuan.
Jujur saja, ini lebih ke meminimalisir risiko untuk menjadi korban. Memang tidak semua sistem dijamin aman 100 persen. Gamblangnya, kita memperbanyak layernya saja. Misalnya, untuk approval pembelian barang maksimal 2x24 jam. Jadi, untuk mendapatkan satu item barang, tidak mudah, harus melewati beberapa tahap verifikasi.
Melihat transaksi online di Indonesia masih sangat minim, seperti apa upaya Plasa.com agar transaksi online benar-benar terjadi di Tanah Air?
Sebenarnya, kalau dibilang 100 persen orang belum tertarik untuk bertransaksi online, tidak juga. Karena, bisa saja transaksinya dilakukan dengan transfer uang via ATM, tetapi aktivitas belanjanya tetap online.
Misalnya, di Facebook. Sudah banyak yang berjualan sepatu, kalung, sepatu, dan sebagainya. Dan, itu bekerja. Orang membeli barang yang ditawarkan tanpa harus melihat barangnya secara langsung. Sepertinya sekarang perilaku masyarakat sudah mengarah ke sana. Orang-orang mulai percaya dengan belanja online. Semuanya cukup berhubungan via telepon atau e-mail saja. Kunci e-commerce itu adalah kepercayaan.
Awalnya, semua orang pasti akan takut-takut dulu. Tapi, begitu mereka melihat pengguna atau komunitasnya tumbuh, semuanya baru saja dimulai.
Sebut saja Facebook. Sesederhana kita melihat profilnya, lalu bisa dipercaya, dan akhirnya kita beli. Setelah muncul kepercayaan, baru semua orang ikut-ikut membeli. Calon pembeli baru pun, bisa mempercayai dia melalui komentar atau testimonial tentang penjual.
Karena itu, kami juga sekarang tengah mengembangkan sistem rating atau kolom testimonial sebagai acuan pembeli terhadap penjualnya di Plasa.com.
Apa kendala utama dalam hal regulasi?
Satu hari nanti, kita pasti akan membutuhkan regulasi yang baku. Karena, ketika e-commerce mulai menjamur, ancaman penipuan pun akan banyak. Kalau belum ada UU yang bagus dan bisa melindungi pembeli dan penjual, maka akan sulit. Jadi, saya mendukung penuh regulasi itu (UU ITE) agar tetap eksis.
Apakah ada insentif dari pemerintah untuk para pemain e-commerce?
Belum ada. Sepertinya, pemerintah belum melihat adanya kebutuhan sampai kita, para pemain, menjelaskan kenapa ecommerce harus ada. Ada waktunya mereka mengerti akan kegunaannya untuk UKM, wiraswasta untuk mereka yang belum punya pekerjaan, sehingga mereka bisa menghasilkan uang tanpa mengeluarkan modal yang gila-gilaan.
Memang, kendalanya adalah UKM belum cukup familiar dengan Internet. Makanya, kita inginkan adanya semacam SME center atau UKM Center yang membantu mereka dengan edukasi untuk memasarkan produk mereka di Internet. Misalnya, sesederhana membuat e-mail, mengunggah foto, dan lainnya.
Berapa kocek investasi yang disisihkan induk perusahaan Telkom untuk memperbaharui Plasa.com?
Seperti yang disebutkan Bapak Rinaldi (Dirut Telkom), Telkom menyisihkan sekitar dua juta dollar Amerika Serikat. Dan, memang segitu jumlah yang dikeluarkan. Lebih dari 50 persen dipakai untuk infrastruktur, seperti belanja server, bandwidth, maintain website. Jumlah server pun akan ditambah pelan-pelan seiring pertumbuhan trafik. Selain itu, untuk kurang lebih 30 karyawan yang bekerja.
Menurut Anda, bagaimana tren pertumbuhan e-commerce di Indonesia?
Tren itu kita yang ciptakan, dan kita-kita ini (portal-portal e-commerce) yang mem-push dari sekarang. Seharusnya, orang-orang sudah mulai melihat ada kebutuhan ke arah e-commerce.
Kalau dulu, sekitar 3-4 tahun yang lalu, saya sempat bikin lalulelang.com. Konsepnya cenderung mirip e-Bay, bahkan sempat dibuat aplikasi mobile-nya. Tetapi, nggak jalan, karena waktu itu new social media, seperti Facebook, belum jalan. Ketika itu hanya ada Friendster.
Sekarang kebutuhan social media sudah jauh lebih tinggi dibandingkan tiga tahun yang lalu. Jadi, saya kira ini waktu yang tepat untuk mulai.
Menurut saya, sekarang ini masyarakat sudah mulai siap untuk e-commerce. Masyarakat sudah mulai berbelanja online melalui blog dan Facebook. Kalau diamati, beberapa kalangan sudah sering berbelanja online di Amazon dan e-Bay.
Kapan kira-kira pertumbuhan e-commerce mulai merata layaknya social media sekarang ini?
Itu membutuhkan waktu. Social media pun seperti itu. Awalnya masih perlu adaptasi. Tapi, begitu nyaman, nanti akan berkembang dengan sendirinya. Mungkin sekitar dua tahun lagi.
Lalu, apakah setelah itu ada rencana untuk mengembangkan situs lelang lagi?
Ya, kalau orang-orang sudah nyaman di Plasa.com, mungkin kita akan mulai mengembangkan lelang lagi. Sekarang ini, PR kita adalah membuat orang-orang nyaman dulu di dalam e-commerce. Kalau sudah loyal, kita bisa mengembangkan macam-macam.
Sementara pertumbuhan e-commerce belum terlalu terlihat, dari mana Plasa.com bisa meraup keuntungan?
Dari sekarang, kami mulai memikirkan kalau ke depannya untuk terjun ke advertising agar mendapatkan benefit. Kalau e-Bay bisa mengambil keuntungan dari tiap transaksi melalui PayPal, sekarang ini, Plasa.com belum bisa menirunya. Transaksi kami masih kecil. Mungkin nanti kalau sudah ramai. Tapi, sekarang kami meningkatkan trafik dulu, lalu mulai advertising. Kalau sekarang sudah dikenakan biaya transaksi, pelanggan akan kabur duluan.
Kemungkinan kita bisa meraup profit dari advertising melalui merchant-merchant yang ada. Misalnya, produsen produk bayi yang ingin mengiklankan produk barunya halaman kategori Bayi dan Anak, dan semacamnya. Ada sekitar 16 kategori yang bisa digarap untuk advertising di dalam Plasa.com.
VIVAnews
http://teknologi.vivanews.com/news/read/145037-_potensi_e_commerce_indonesia_menggiurkan_
(VivaNews/ Nurcholis Lubis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar