Senin, 08 April 2024

Kisah Malaikat Kematian Dengan Pengusaha Konglomerat

Kehidupan dan kematian sejatinya dua peristiwa alamiah yang harus dialami setiap makhluk. Ada saatnya manusia menikmati kehidupan sebagaimana ada waktunya untuk merasakan kematian. Kematian adalah peristiwa alamiah yang harus dialami setiap makhluk. Ia akan datang tiba tiba, akan menjemput siapa saja. Bukan yang paling siap, bukan pula berdasarkan abjad, usia atau derajat dan lain lain.


Bagi jutaan orang, pengalaman dekat dengan kematian telah memungkinkan mereka melihat dengan mata segar keindahan dan karunia kehidupan. Sedangkan mengingat kematian sangat baik untuk melembutkan hati yang keras, menjadi rem untuk roda kehidupan kita yang berputar cepat sehingga kita kadang tak sadar bahwa kita akan mati.

Cerita ini sedikit terinspirasi setelah menonton film berjudul "Meet Joe Black", sebuah film drama 1998 yang disutradarai Martin Brest (sekaligus produser) dan Alan Smithee. Film ini diperankan oleh Brad Pitt, Anthony Hopkins dan Claire Forlani, yang didasarkan pada film 1934 Death Takes a Holiday dimana Malaikat kematian atau The angel of Death atau nama lainnya Azrael atau Izrail akan menunda kematian Miliarder Bill Parish (Anthony Hopkins) yang tak terhindarkan jika dia setuju untuk mengajaknya berkeliling dan mengajarinya tentang kehidupan yang sudah dijalaininya selama 65 tahun lamanya.  

Bicara soal Azrael, dalam bahasa Ibrani teoforik, nama ini diartikan sebagai "orang yang ditolong Tuhan". Nama tersebut muncul dalam bahasa Semit Etiopia versi Kiamat Petrus pada abad ke-16. Ia bertugas sebagai malaikat neraka yang membalaskan dendam orang-orang yang pernah dianiaya selama hidup. Tak lama kemudian, Death, yang bernama Joe Black, mengikuti Bill ke mana pun, mengikuti rapat dewan direksi, bergabung dengannya untuk makan malam keluarga, dan menikmati kesenangan hidup, terutama sesendok selai kacang.

Menurut versi yang saya kembangkan dari cerita diatas dimana alkisah ada seorang pengusaha sukses tajir melintir yg terjatuh di kamar mandi dan karena punya komplikasi penyakit lainnya maka pengusaha tersebut akhirnya kena stroke stadium akut, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU disalah satu rumah sakit terkenal.

Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, lalu dalam dunia roh datanglah seorang Malaikat maut atau Death menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya. Malaikat maut tersebut memulai pembicaraannya dengan sang pengusaha tersebut dengan memberikan sebuah penawaran.

"Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia."

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah mudah..." kata si pengusaha ini dengan penuh keyakinan.

Setelah itu Death pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati. Tepat pukul 23:00, Death kembali mengunjunginya, dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 20,000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa untukku pasti bukan persoalan yang sulit."

Dengan lembut Death berkata,
"aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini hanya baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya.

Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra-putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Death berkata, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa si Bos atau Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua, itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."

Istri Pengusaha Berdoa.
Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2:00 dini hari, "Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik. Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang sosok ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."

Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini, timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat. Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang.

Dengan setengah bergumam dia bertanya,
"Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab Death,
"Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, keras kepala, egois dan juga bukan sebagai sosok pimpinan yang baik, bahkan kau tega melakukan hal - hal yang tidak adil kepada karyawanmu atau rekan bisnismu hanya semata untuk keserakahan dan keuntungan pribadi."

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu. Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Death mengajak dan menunjukkan dua peristiwa dan tempat yang pernah dia kunjungi beberapa bulan lalu.

"Bukankah itu Panti Asuhan?" kata si pengusaha pelan.

"Benar, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu."

Kemudian Death melajutkan perjalanannya dengan sang Pengusaha mundur kesebuah peristiwa puluhan tahun lamanya dimana saat awal pengusaha tersebut sedang mengembangkan bisnisnya hanya dengan segelintir karyawan yang membantunya dan saat itu ada seorang karyawan yang dilanda musibah banjir besar dirumahnya dan harta benda lenyap seketika. Seketika setelah pengusaha tersebut diberitahu maka dengan kasih yang tulus dia segera mengajak karyawan lainya untuk segera memberikan bantuan baik dalam bentuk tenaga maupun dana.

Kasih yang tulus ikhlas didorong oleh iman yang murni, saat itu Pengusaha tersebut memberi bukan karena dia mengharapkan imbalan, dia berkorban bukan karena mau menanamkan investasi, dia menjadi orang baik bukan semata-mata untuk dipuji, dan saat itu dia beribadah bukan supaya terlihat seperti orang yang saleh. Inilah harga sebuah kejujuran. Tidak boleh ada dusta dalam hati orang beriman.

Mari sahabatku, mumpung kita masih diberi umur, lakukanlah yang terbaik untuk orang-orang di sekitar kita, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.

Sebuah kalimat bijak yang saya dapat dan terus kuingat-ingat adalah, Ingatlah akan kebaikan orang yang kita terima, tetapi sebaliknya kalau kita berbuat baik kita harus cepat melupakannya. Dengan kita dapat berbuat baik kepada orang lain dengan tanpa mengharapkan keuntungan, kemasyhuran apalagi mengharap hadiah dari perbuatan baik kita. Dunia akan sejahtera apabila kita semua melakukannya.

Dan satu lagi, janganlah kita meremehkan perpuluhan serta memberikan ketulusan atas perbuatan kita kepada orang sekeliling kita karena itulah yg menyelamatkan Pengusaha tersebut sesuai cerita diatas karena sesungguhnya, tidak ada satu hal pun dalam hati ini yang bisa disembunyikan dari Tuhan yang kudus. Mungkin orang lain tidak tahu, tapi Tuhan pasti tahu.

Moral dari cerita ini adalah sebagai gambaran agar kita lebih Instropeksi diri. Coba kita membayangkan ketika diri kita mati nanti, apakah orang disekeliling yg akan kehilangan, atau sebaliknya mereka mengabaikan atas kematian, atau yang paling parah apakah mereka bersyukur malah?.

Mumpung kita masih diberi umur, lakukanlah yang terbaik untuk orang-orang di sekitar kita dengan tulus, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat dan memberikan berkat bagi manusia yang lainnya khususnya perkuat Ketulusan dan Moral Kompas kita sendiri.

Seorang Filsuf Perancis bernama Emmanuel Levinas juga pernah membahas tentang ketulusan hati seperti yang dilakukan oleh seorang ibu kepada anak-anaknya. Levinas menyebut relasi ini sebagai relasi yang asimetri. Simetri adalah istilah matematik untuk menggambar keseimbangan antara dua objek kiri dan kanan. Misalnya segitiga yang memiliki bentuk simetri, dlsb. Dalam konteks relasi sosial, simetri ini adalah hubungan timbal balik. Saling memberi dan menerima satu sama lain.

Namun, asimetri adalah lawan kata dari simetri. Asimetri bukan hubungan timbal balik. Jika aku mengamalkan relasi asimetri, maka aku hanya bisa memberi tanpa berharap untuk menerima. Relasi asimetri ini hanya bisa terjadi jika ada ketulusan hati. 

Bahkan selama ini kita cenderung percaya bahwa manusia adalah entitas yang secara naluriah memiliki acuan moral atau kompas moral yang secara default bernilai baik, itulah kenapa kita melekatkan nilai-nilai yang dianggap bermoral dengan kata manusiawi (bersifat seperti manusia). Kata lain yang kita gunakan untuk kompas moral adalah hati nurani, kata hati, atau dalam bahasa Inggris conscience, yang kurang lebih bermakna serupa. Manusia pada dasarnya baik hati adalah anggapan umum yang alamiah.

Walaupun tinggal di era kecanggihan komunikasi dan informasi seperti sekarang, manusia saat ini justru membentuk tatanan masyarakat yang reaksioner dan judgmental. Hal ini, ditandai dengan banyaknya penilaian moralitas yang ada di sekitar kita. Pada tatanan masyarakat ini, standar moralitas dipandang secara universal. Bahkan, dipegang dengan teguh kepercayaan. Padahal, moralitas sendiri berlaku secara tidak teratur dan terbilang kompleks.

Moralitas tidak bekerja seperti koin yang berlainan di dua sisi. Tidak pula dilihat bagaikan sisi hitam dan putih, yang mengartikan sesuatu dapat dilihat secara baik atau jahat, benar atau salah, patut atau tidak patut. Melainkan, memerlukan suatu konteks yang akan mempengaruhi perilaku dan perbuatan.

Kenyataannya, perihal moralitas memang selalu bergantung pada konteks. Artinya, dalam kehidupan sehari-hari, selalu ada perspektif dan kebenaran berbeda yang dilakoni manusia, yang juga berisi kepentingan individual. Sehingga, mengaburkan pandangan universal sebagai satu-satunya tujuan di kehidupan.

Sebagian orang mencari kompas moral eksternal seperti dari ajaran agama. Menjadikan ajaran agama sebagai moral kompas menurutku berpotensi problematik karena sifatnya yang dogmatis. Sebagian orang yang menjadikan agama sebagai referensi moral kompas, bisa berasumsi bahwa orang yang tidak relijius itu minim moral atau bahkan amoral. 

Padahal agama bukan satu-satunya acuan yang bisa dijadikan kompas moral. Ada banyak sekali cendekiawan di sepanjang masa yang berusaha philosophize isu ini.

Evolutionarily speaking, kita cenderung menilai perilaku dan karakter yang altruisme sebagai kebaikan dan egoisme sebagai perilaku/karakter buruk. Karena altruisme itu dapat mendukung survivabilitas manusia dalam kelompok, sedangkan egoisme berdampak sebaliknya. Mungkin itu kenapa moral yang baik secara universal itu biasanya berbasis altruisme/selflessness.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar