Komik petualangan wartawan "Tin Tin" adalah komik yang cukup membuka wawasan luar negri gue waktu masih kecil. Ada lagi komik superhero seperti Superman, Batman, maupun Spiderman. Kalau komik Tin Tin lebih membumi, yang lainnya lebih melangit - karena memang mainnya selalu di langit: Superman terbang, Batman dan Spiderman lompat-lompatan pindah gedung pencakar langit... hihihi...
Tapi ada sejumput memori gue tentang komik sewaktu SD. Adalah sohib gue namanya Pinot. Memang buah gak akan jatuh jauh dari pu'unan-nya. Pinot adalah putra dari Pak Dwi "Panji Koming" Koendoro Brotoatmodjo atau dikenal DwiKoen. Bakat Pinot membuat komik sudah tampak dari SD. Maka terjadilah mutual benefit antara yang suka bikin komik dan yang suka baca komik.
Setiap minggu, gue supply Pinot kertas kwarto sepuluh lembar, yang sudah dilipat dan di-stapler-tengah seperti majalah. Pinot pun menuangkan gambar-cerita konyolnya ke atas kertas kwarto itu. Saat itu film cerita dua polisi patroli "CHiPs" sedang rating di TVRI (buat apa rating ya? kan dulu cuma ada TVRI? hihihi...). Maka keluar lah komik "CHiPs" versi Pinot. Gue paling gak lupa versi ini, karena ending-nya dua polisi itu malah kalah sama penjahat... hahaha...
Saat ini ada komik yang bisa mengasah otak dan jadi favorit gue: detektif "Conan". Hah? Kok bisa? Komik Conan ini cukup untuk mengasah skill analisa gue berdasarkan fakta-fakta yang dipaparkan pada halaman-halaman awal komik itu. Gue berharap, suatu hari hal ini akan bermanfaat pada saat gue harus mengambil keputusan manajemen yang cepat, berdasarkan asumsi data yang sedikit namun sebenarnya cukup bermakna dalam.
Bukannya berarti gue gak suka baca novel detektif "Sherlock Holmes" nya Sir Arthur Conan Doyle, atau novel karangan Agatha Christie, atau Sidney Seldon, atau novel-novel penuh analsis lainnya. Dari SMP gue suka banget baca novel seri detektif "Lima Sekawan" nya Enid Blyton atau "Trio Detektif" nya Alfred Hitchcock. Tapi membaca komik memiliki nuansa yang berbeda. Komik lebih ekspresif.
Gue suka komik, betul? Betul.
Gue juga bisa gambar komik, betul? Salah.
Untungnya teknologi komputer bisa memudahkan orang gak berbakat seperti gue untuk membuat komik. Di MacBook gue ada software ComicLife. Software ini bisa menggabungkan koleksi foto kita menjadi sebuah cerita sesuai imajinasi dan kreatifitas sendiri. Paling tidak bisa menyalurkan bakat bercerita dengan pendekatan komik. Foto di bawah ini salah satu hasilnya... hihihi...

Dekade kini, komik-komik yang kondang sudah dijadikan film layar lebar. Walaupun isi cerita sama, tapi gue tetap menganggap film layar lebar dan komik adalah dua hal yang berbeda. Komik bagi gue lebih berkesan di memori. Setiap pulang menonton superhero komik di layar lebar, gue tidak membawa suatu kesan ataupun memori yang lama dibanding komik.
Hmm...kecuali satu....
Film "Spiderman". Iya. Film ini memberi kesan, atau tepatnya pesan moral yang cukup mendalam. Padahal itu terdapat hanya dalam satu scene saja. Yaitu saat Paman dari Spiderman hendak menghebuskan nafas terakhir, dan membisikkan pesan kepada dia:
"With great power comes great responsibility..."
Paman Spiderman yang menyadari bahwa keponakannya saat itu sudah memiliki kelebihan kekuatan, harus mengingatkan dia untuk selalu menjadi manusia yang bertanggungjawab.
Pesan ini sejatinya berlaku universal. Seorang ibu mempunyai power terhadap anak-anaknya, sudah sewajarnya bertanggungjawab dalam mendidik. Maksud gue mendidik, bukan memerintah. Sedini mungkin, si ibu harus mendidik anaknya: belajar untuk sabar dalam antrian, membuang sampah di tempatnya, sopan kepada orang yang lebih tua, melindungi yang lemah, belajar empati kepada sesama, dan banyak lagi. Tanggungjawab ibu yang tidak kecil. Great responsibility.
Begitu juga seorang Bapak terhadap keluarga, Ketua RT terhadap warga, Lurah, Camat, Gubernur, bahkan Presiden sekalipun. Pesan itu tetap berlaku. Dan perlu diingat, responsibility yang dimaksud bukan di dunia saja, namun juga nanti di akhirat... hiii... ngeriii....
Seandainya para Caleg, Cabup, Cagub, dan Capres nonton Spiderman... Ca..Pe..Dee...
HM Ihsan Kusasi
Feb 9, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar