Senin, 02 Februari 2009

Arab siap ambil alih Adam Air … cool !

Sebuah lembaga investasi asal Timur Tengah (Timteng) Al Ijarah siap mengakuisisi 50 persen saham Adam Air jika ditinggalkan Bhakti Investama. Untuk keperluan itu, Al Ijarah bersedia melakukan negosiasi dengan pihak Adam Air.

“Kami siap melakukan pembicaraan. Kalau memang kami diajak bicara, kami akan serius mendanai dan masuk ke Adam Air,” kata Direktur Al Ijarah Farouk A. Alwyni kepada Jawa Pos kemarin (16/03). Menurut Farouk, ada dua pembiayaan yang bisa diberikan kepada Adam Air. Pertama, melalui skema debt financing (pembiayaan melalui utang), atau equity financing (melalui kepemilikan saham). Meski demikian, pihaknya akan menyurvei terlebih dahulu kondisi dan potensi Adam Air.

Farouk menambahkan, sektor penerbangan di Indonesia cukup menarik investor-investor dari Timur Tengah. Misalnya, Dubai, Kuwait, dan Qatar. Buktinya, Al Ijarah telah menyalurkan pembiayaan untuk dua maskapai penerbangan di Indonesia. Di antaranya untuk pembelian tiga helikopter milik PT Indonesian Air Transport Tbk senilai USD 31 juta dan debt financing maskapai Trigana Air senilai Rp 150 miliar. “Dana investasi dari Timur Tengah tidak terbatas karena adanya booming harga minyak dunia,” tegasnya.

Hingga kini, pihak Bhakti Investama belum memberikan surat resmi pengunduran diri sebagai pemegang saham Adam Air. Bhakti dan Adam Air yang punya saham seimbang (50 persen: 50 persen) itu tidak saling menghubungi untuk membahas nasib perusahaan. “Kami masih menunggu keputusan resmi dari Pak Harry (Hary Tanoesoedibjo) selaku pemilik Bhakti Investama, mau ditarik atau tidak,” ujar Direktur Utama Adam Sky Connection Adam Suherman kepada Jawa Pos kemarin.

Saham Adam Air diakuisisi setahun lalu oleh dua anak perusahaan Bhakti Investama, yaitu Global Transport Service (GTS) sebesar 19 persen dan PT Bright Star Perkasa (BSP) sebesar 31 persen. Sementara sisanya masih dimiliki keluarga Suherman. Saham Adam Air diakuisisi saat sedang mendapat sorotan berkaitan dengan jatuhnya salah satu pesawat Adam Air ke perairan Majene, Sulawesi Barat, pada 1 Januari 2007.

Menurut Adam, pihaknya tidak bisa berbuat apa pun untuk menyokong kinerja operasional Adam Air yang sudah mengkhawatirkan. Sebab, untuk memberikan suntikan dana, manajemen Adam Air harus mendapatkan persetujuan dari pemegang saham yang lain, yaitu Bhakti Investama. Padahal, keuangan perusahaan sedang goyah karena hanya mengandalkan 10 pesawat untuk menghidupi 3.000 karyawan. “Masalah itu (penarikan investasi) sepenuhnya menjadi hak mereka (Bhakti Investama),” ujarnya.

Adam mengakui, sambil menunggu surat resmi dari Bhakti Investama, dirinya berharap agar raksasa media Grup Jawa Pos mau mengakuisisi saham Adam Air dengan melihat tingginya potensi industri penerbangan di Indonesia. Menurut dia, Jawa Pos mempunyai jaringan yang luas sehingga gampang dikenal masyarakat. “Saya maunya diakusisi Jawa Pos saja deh,” ujarnya serius.

Di bagian lain, Kepala Cabang Bandara Soekarno-Hatta Harianto mengatakan, meskipun jadwal penerbangan Adam Air berkurang, dari 43 kali per hari menjadi 17 kali per hari, belum ada laporan dari calon penumpang yang merasa dirugikan akibat pembatalan maupun keterlambatan penerbangan. Sebab, menurut Harianto, penumpang Adam Air dialihkan ke Lion Air. “Kalau ada pembatalan keberangkatan, langsung dialihkan ke Lion Air,” jelasnya.
Di ambil dari;


=jawapos=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar