Senin, 02 Februari 2009

Bentoel Prima became a 'Public' Company

12 February 2000
Bisnis Indonesia (Bahasa Indonesia Only)
Bentoel Prima jadi perusahaan 'publik'

JAKARTA (Bisnis): PT Transindo Multi Prima Tbk berencana mengakuisisi PT Bentoel Prima-melalui rights issue senilai Rp 349 miliar-yang disebut-sebut merupakan upaya back door listing perusahaan rokok itu di BEJ.

Komisaris Transindo Harry Tanoesoedibjo, yang juga Presdir PT Bhakti Investama Tbk, mengungkapkan berkaitan dengan akuisisi tersebut Transindo akan berubah nama menjadi PT Bentoel International Investama Tbk.

"Transindo akan mengakuisisi 75% saham Bentoel Prima. Sehingga akan menjadi aset terbesar perseroan," ujarnya seusai RULBPS.

Transindo sebelumnya bernama PT Rimba Niaga Idola yang berkedudukan di Samarinda, bergerak di processing rotan.

Analis sebuah perusahaan sekuritas yang berbasis di Eropa menilai apa yang dilakukan Transindo terhadap Bentoel merupakan back door listing (menjadi perusahaan publik melalui perusahaan yang sudah tercatat di bursa). "Jelas itu back door listing, tapi apakah melanggar ketentuan atau tidak, harus ditanyakan ke Bapepam. Kalau memang nggak melanggar peraturan, nggak ada masalah."

Bisa jadi, ujarnya, hal itu juga terkait dengan rencana George Soros (Bos Quantum Fund) masuk ke Bentoel. "Masalahnya dia [Soros] nggak mau masuk ke Bentoel jika tidak ada pintu keluar masuknya. Sebab jika terjadi apa-apa risikonya tinggi. Makanya Bentoel perlu diakusisi dulu oleh perusahaan yang sudah listing."

Kurang tepat

Harry Tanoesoedibjo membantah upaya Transindo membeli Bentoel merupakan back door listing. "Saya rasa kurang tepat disebut back door listing, karena nanti pembelinya juga banyak dari berbagai pihak. Kalau back door listing itu seakan-akan konotasinya transaksi pemilik dengan pemilik yang sama... ini kan bukan."

Perusahaan kecil mengambil perusahaan besar, kata dia, bukan hal yang aneh. "Supaya perusahaan kecil menjadi besar, dan pemegang sahamnya bisa menikmati."

Direktur Perdagangan dan Pencatatan BEJ Harry Wiguna ketika dimintakan konfirmasi menjelaskan bahwa, masalah back door listing belum ada aturannya di bursa. "Bursa, hanya memperhatikan emitennya. Jadi bila emiten melakukan pengambilalihan perusahaan lain, sepanjang di-disclose tidak ada masalah."

BEJ pada 27 Januari 2000 mensuspensi saham Transindo karena adanya ketidakwajaran dalam transaksi saham berkode RMBA tersebut. Suspensi RMBA kemudian dibuka pada 4 Februari. "Kami berpikir ada sesuatu yang kurang wajar, karena di reguler cuma satu lot, satu lot naiknya. Tapi kejadiannya bisa naik 50% dan broker-nya...dia-dia juga."

Sulit diperoleh

Menurut seorang dealer, saham itu sulit diperoleh di pasar. "Bisa jadi sudah ada yang pegang. Jadi mau naik atau turun tergantung yang pegang."

Menanggapi pertanyaan wartawan apakah Bhakti yang memegang saham tersebut, Harry Tanoesoedibjo mengatakan, "Nggak benar."

Mengenai kenaikan harga saham Transindo yang drastis dari kisaran Rp 2000 hingga Rp 19.000, seorang analis sekuritas lokal menduga hal itu dilakukan guna menaikkan nilai price earning ratio (PER) Transindo.

"Pada harga Rp 2000 kan PER-nya paling-paling hanya lima kali, padahal perusahaan rokok lain seperti Gudang Garam dan Sampoerna bisa mencapai 10-15 kali."

Analis itu menambahkan karena Transindo nanti akan identik dengan perusahaan rokok, PER-nya minimal harus ditingkatkan tujuh kali dengan cara menaikkan harga sahamnya terlebih dahulu.

Harry membantah masuknya dia dalam jajaran komisaris Transindo membenarkan sinyalemen bahwa George Soros akan masuk ke Bentoel, melalui Bhakti Investama yang saat rights issue bertindak sebagai pembeli siaga [standby buyer].

"Siapapun pemegang saham yang mau men-subscribe bisa melakukannya, tapi apabila dari sisa saham itu tidak di-subscribe Bhakti akan menjadi pembeli siaga. Jadi apakah George Soros atau siapapun kita belum tahu."

Preskom Transindo Anisah Himawan menambahkan pemegang saham telah memberikan persetujuan atas rencana Transindo mengakuisisi Bentoel dan PT Lestariputra Wirasejati, masing-masing 75%.

Dana akusisi, kata dia, diperoleh melalui rights issue yang ditawarkan dalam bentuk Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan Hak Memesan Hak Menerima Saham (HMHMS) dengan harga pelaksanaan Rp 2.100. (m6/shm)
Di ambil dari;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar