Senin, 25 Mei 2009

Persaingan Media Cetak, Media Elektronik dan Media Online


Bandung, (6/01) Jurnalpos. Media elektronik khususnya Televisi tidak menggangap adanya sebuah persaingan antara Media Cetak, Media Elektronik dan Media Online, keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan juga memiliki konsumennya masing-masing, lebih jelasnya ketiga media diatas memiliki para peminatnya masing-masing dalam mendapatkan informasi berita.

Hal ini dikemukakan oleh Latief Siregar dari Media Elektronik, Produser Lintas 5 TPI dalam talk show One Day With Jurnalistik yang bertemakan ” Eksistensi Media Cetak dan Media Elektronik di Tengah Maraknya Media Online” di selenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Jurnalistik UNISBA di aula kampus UNISBA, Sabtu 5 Januari 2008.

Talk Show yang diisi oleh Santi Indra Astuti, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA, yang membidangi Kajian Ilmu Jurnalistik, menampilkan pembicara dari praktisi tiga media. Media Elektronik; Produser Lintas 5 TPI, Latief Siregar, Media Cetak; Gin Gin Tigin Ginular, wartawan Sindo Jabar dan Media Online; Aripin Asydhad, wakil Pimpinan Redaksi detik.com.

Latief Siregat menambahkan dalam pemaparannya bahwa media online dan media cetak bukan dijadikan sebagai saingan tetapi dijadikan partner untuk menambah cakupan masyarakat dan mempromosikan berbagai acara-acara dan berita yang akan ditayangkan di televisi. Pendapat ini di sepakati oleh Gin gin, dimana media cetak tidak perlu khawatir dengan maraknya media online saat ini, masih banyak masyarakat indonesia yang lebih memilih mendapatkan berita lewat media cetak atau elekronik. Hal ini disebabkan masyarakat indonesia belum banyak yang bisa mengakses internet secara personal.

Memang ada data yang menyebutkan bahwa media cetak terutama surat kabar menurun dari semula 5,1 juta eksemplar pada tahun 1997 menjadi 4,7 juta eksemplar pada saat ini. Data ini juga disepakati oleh Aripin Asydhad, dan menambahkan bahwa sekarang ini dunia pemberitaan mengistilahkan yang cepat mengalahkan yang lambat bukan yang besar mengalahkan yang kecil dalam artian berita yang cepat sampai kepada khalayak itulah yang banyak diminati.

Dalam talk show ini juga membahas tentang tantangan konvergensi media bagi media mainstrem yang dipaparkan oleh Santi Indra Astuti, menurutnya masyarakat indonesia saat ini merupakan masyarakat informasi yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan media komunikasi dan menggunakan teknologi informasi seperti telepon dan komputer. Masyarakat Informasi yang berbasis data digital pada gilirannya akan mudah melakukan pertukaran data informasi karena saat ini, untuk berhubungan tidak diperlukan lagi saluran yang berbeda-beda untuk berkomunikasi, sepanjang data atau informasi sudah berbentuk digital, maka dia dapat dibaca dalam bentuk surat kabar, online media, radio streaming, televisi digital, sampai video streaming di handphone-handphone.

Menurutnya juga konvergensi media tidak hanya mengubah basis data, dan medium yang menyalurkannya. Namun, secara keseluruhan juga mengubah proses produksi, pengolahan, dan distribusi informasi, sehingga media-media seperti koran, radio, televisi dan lain-lain akan berubah dengan bentuk-bentuk media baru yang sepenuhnya digital, seperti televisi, World Wide Web dan internet.

Dosen bidang Kajian Ilmu Jurnalistik ini juga menambahkan, lantas bagaimana tren perubahan media dalam masyarakat informasi? Jelasnya lagi, konvergensi komputer, telekomunikasi, dan sistem media massa konvensional membawa berbagai perubahan fundamental dalam fungsi media. Sumber media massa menjadi semakin banyak dan less authoritative and less profesional. Kemampuan media massa untuk bertindak sebagai gatekeeper akan menghilang.

Pesan menjadi serba customize, disesuaikan dengan segmen khalayak yang semakin kecil dan semakin terspesialisasi. Terkadang menggunakan alamat pribadi, maupun malayani masyarakat yang heterogen, tidak lagi homogen. Kemajuan teknologi memunculkan masyarakat prosumen -masyarakat produsen dan kensumen- maka lokus produksi yang dipegang media, kini berpindah ketangan konsumen. Contohnya, citizen journalism yang sekarang sedang marak dimana-mana. Media sebagai pabrik informasi tidak hanya bersaing dengan sesama produsen, tetapi juga harus berkompetisi dalam pasar dengan khalayak alias konsumennya sendiri.

Maka, persaingan bukan hanya diantara media cetak, media elektronik dan media online tetapi sekarang ini persaingannya dengan khalayak dari ketiga media tersebut yang kini bertransformasi menjadi khalayak prosumen. (abieamong/JP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar