Grup Djarum melalui anak usahanya, PT Global Digital Prima Venture, sudah menjadi pemegang saham mayoritas di PT Darta Media Indonesia yang merupakan pengelola situs forum online terbesar di Indonesia, Kaskus.
Menurut info yang ada saat ini kepemilikan Djarum di Kaskus kurang lebih masih di bawah 50%. yang mana memang Djarum belum mayoritas, akan tetapi dalam waktu 3–5 tahun mendatang akan mengarah menjadi mayoritas atau Majority control dengan memiliki lebih dari 60%,” ujar pendiri Kaskus, Andrew Darwis, usai peluncuran SpeedyFlash di Jakarta kemarin. Andrew mengatakan, pembelian saham Kaskus oleh Djarum akan dilakukan bertahap, seiring kebutuhan pengembangan Kaskus.
Untuk tahap awal,pada Januari 2011 Djarum telah resmi bergabung menjadi pemegang saham Kaskus. Selain menyuntikkan dana ke Kaskus, lanjut Andrew, Djarum melalui Global Digital Prima akan memberikan masukan dan pembenahan dari sisi pengelolaan manajemen perusahaan. Diharapkan, dengan bantuan Djarum, Kaskus akan menjadi perusahaan besar yang profesional.
”Tetapi, dari sisi manajemen mereka belum memasukkan orang-orangnya,” tambah Andrew. Menurut Andrew, suntikan dana yang diberikan Djarum akan digunakan untuk mengembangkan Kaskus, salah satunya untuk membeli server. Untuk kuartal I/2011, Kaskus telah mengeluarkan dana sebesar USD500.000. ”Tahun ini untuk belanja modal termasuk pembelian server kita anggarkan USD2 juta,”katanya.
Andrew menilai, keinginan Djarum menguasai Kaskus dilatarbelakangi potensi pasar e-commerce yang sangat besar di Indonesia.Transaksi melalui forum Kaskus sebulan bisa mencapai Rp400 miliar dengan jumlah halaman sekitar 900 juta.
Dihubungi terpisah, pengamat ekonomi dan pemasaran Yuswohady menilai Kaskus sebagai e-bussiness di Indonesia mempunyai potensi ekonomi yang besar. Yuswo mengatakan, Kaskus bisa menjadi seperti Google-nya Indonesia, bukan dari segi pencariannya.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa situs kaskus.us tergolong luar biasa. Hingga pekan ini, jejaring komunitas itu menduduki posisi keenam situs paling banyak dibuka di Indonesia versi situs pemeringkat global alexa.com. Lima posisi di atasnya diduduki situs maya internasional, facebook.com, google.co.id, google.com, blogger.com, dan yahoo.com. Page view atau jumlah halaman yang diakses sepanjang Februari saja mencapai 900 juta.
Dibuat pada November 1999, Kaskus awalnya hanya sebatas proyek kuliah Andrew Darwis dan dua rekannya di Art Institute of Seattle, Amerika Serikat. Kaskus-akronim dari kasak-kusuk-terdiri atas dua bagian besar, yakni forum komunitas bertukar cerita atau artikel dan forum jual-beli para anggotanya. Ada juga forum panas tempat tukar-menukar konten porno bernama BB 17 atau “buka-bukaan 17″. Kala itu, anggota komunitas Kaskus mencapai sekitar 300 ribu orang.
Selama Empat tahun lalu, Andrew melakukan perubahan besar. Citra sebagai situs komunitas bawah tanah diubah habis-habisan. Materi berbau pornografi dibuang. Lewat manajemen Darta Media, Andrew mulai berfokus pada segmen komersial perdagangan lewat Internet (e-commerce) dan sistem pembayaran. Anggota kaskus.us terus membeludak dan kini tercatat sudah mencapai 2,71 juta orang. Lebih dari setengahnya aktif memanfaatkan forum jual-beli.
Lantaran jumlah anggota pengunjung kaskus.us makin banyak, situs maya ini dilirik banyak pengiklan. Kaskus berubah menjadi pundi-pundi rupiah buat Andrew.
Ken mencatat rata-rata pendapatan tahunan perseroan sejak 2008 mencapai lebih dari US$ 1 juta (sekitar Rp 9,5 miliar). “Sejak itu, pertumbuhannya bisa mencapai 200 persen setiap tahun,” katanya.
Kaskus mulai ekspansif. Sistem pembayaran online KasPay atau Kaskus -Payment yang diluncurkan tahun lalu sudah menggaet 60 ribu pengguna. Di saat yang sama, dirilis pula fasilitas pemasangan iklan murah bernama KasAds. Manajemen Darta Media menambah infrastruktur. Salah satunya penyediaan server komputer hingga 250 unit untuk menampung lonjakan jumlah pengguna.
Tadinya, kata Ken, manajemen Kaskus memperkirakan segala keperluan pengembangan infrastruktur bisa dipenuhi oleh kocek internal. Namun Andrew dan Ken sadar kebutuhan investasi di masa depan akan meningkat. Artinya, dana investasi dari orang luar tak bisa ditampik lagi. “Perlu ada skenario terburuk atau jika suatu saat ada kebutuhan beriklan,” ujarnya.
Para investor mengendus rencana pengelola Kaskus ini. Mendadak banyak perusahaan kakap mendekati Darta Media. Tawaran kerja sama operasi dan juga akuisisi berdatangan. Ken menuturkan, sejak awal 2010, sedikitnya ada delapan investor-lima di antaranya perusahaan asing-yang tertarik mengakuisisi Kaskus. Perusahaan lokal yang sempat melamar Kaskus berlatar bisnis media. Tapi semuanya ditampik. “Kami merasa mereka melihat Kaskus hanya sebagai mainan,” ujarnya.
Sehingga di pertengahan tahun lalu, muncullah Global Digital Prima Venture mengajukan penawaran. Dari informasi yang saya dapatkan dari kasak kusuk mengatakan, perusahaan ini kepanjangan tangan Grup Djarum yang khusus berinvestasi di bidang teknologi informasi.
Sebelum mendirikan Global Digital Venture, Martin sempat menjabat Direktur Bisnis dan Teknologi PT Djarum. Tapi kala itu Djarum bertepuk sebelah tangan. Lamaran ditolak. “Kaskus masih melirik investor lain,” ujarnya. Ken tak membantah cerita ini. Saat itu ada tawaran lebih bagus, dan kebetulan Global Digital Venture belum menemukan bentuk. “Mau dibawa ke arah mana kerja sama nanti,” kata Ken.
Martin dan Global Digital Venture mengubah strategi. Mereka menggandeng situs-situs Internet baru atau perusahaan teknologi informasi yang baru muncul (start up). Model inkubator bisnis dikembangkan, dan hasilnya, sepanjang 2010 ada lima perusahaan online, Krazymarket.com, Infokost.net, Dailysocial.net, Bolalob.com, dan Lintasberita.com, yang bisa digaet.
Sehingga pada Januari tahun ini, kelima situs maya itu dibina oleh satu unit bisnis bernama Merah Putih Incubator. Senior Vice President Merah Putih Inc David -Wayne membenarkannya. “Ini buah kecintaannya (Martin) pada bidang teknologi informasi,” ujarnya (lihat “Dana Segar Situs Maya”).
Melihat upaya Global Digital Venture,- Kaskus luluh. Apalagi orang-orang di Merah Putih Incubator, menurut sumber Tempo, punya andil besar memoles bisnis Kaskus tiga tahun lalu. Alhasil, pinangan yang sempat ditolak ditinjau ulang. Ken mengakui model inkubasi membuat Kaskus sreg menerima Global Digital Venture. “Apalagi investor asing motifnya hanya ingin menguasai,” kata dia.
Serangkaian negosiasi kembali digelar. Kali ini tak makan waktu lama, hanya lima kali pertemuan, sebelum akhirnya mereka bermufakat menjelang Natal tahun lalu. “Seminggu konsolidasi dan awal Januari investasi mulai mengucur,” ujar Ken.
Informasi dari sebuah sumber di Tempo membisikkan, masuknya Martin menjadi pemodal Kaskus merupakan langkah penting bagi Grup Djarum untuk menancapkan kaki di bisnis online dan Internet. Djarum sudah lama mengincar Kaskus lantaran akan disinergikan dengan PT Bank BCA. Grup Djarum lewat Farallon Capital menguasai saham mayoritas BCA.
Bank yang sempat dikuasai Salim Group itu, ujar sang sumber, kebetulan juga sedang mengincar situs-situs Internet yang bisa menyediakan e-commerce, pembayaran online, dan informasi. Layanan itu akan menjadi pemanis bagi nasabah loyal BCA, yang jumlahnya hampir sembilan juta orang-terbesar di Indonesia. “Sinergi Kaskus dengan BCA akan digarap,” ujar sumber dari Tempo tersebut di Jakarta.
Sayangnya, pada saat itu di konfirmasi Martin belum bisa berkomentar banyak. “Saya masih di luar negeri,” ujarnya kepada Tempo pekan lalu. Direktur Korporat Grup Djarum Rudiyanto Gunawan setali tiga uang. “Saya tak bisa memberikan informasi,” ujarnya. Adapun Jahja Setiaatmadja, Wakil Presiden Direktur BCA, mengatakan tak tahu rencana Djarum. “Terus terang, apa pun yang dilakukan Djarum tak pernah dikonsultasikan kepada kami,” ujarnya.
Tapi Jahja mengakui BCA akan mengembangkan model bisnis tersebut. Rencana itu sedang dikaji dengan matang. “Ini kan perlu proses,” katanya. Ken juga tak menampik. “Kami bisa memilih bank terbaik untuk sinergi pembayaran,” ujarnya.
Hingga akhirnya pada tanggal 9 Maret, 2011 Bertempat di Kempinski Ballroom, Grand Indonesia, Kaskus dalam Press Conference-nya mengumumkan partnership dengan pihak Global Digital Prima (GDP) Venture, yang merupakan bagian dari Grup Djarum yang mana wawancara langsung dengan Martin sebagai wakil dari pihak GDP bisa dilihat di, http://dailysocial.net/2011/03/09/kaskus-umumkan-partnership-dengan-gdp-venture/.
Harapan saya ialah, mudah-mudahan dengan perkembangan industri digital media di Indonesia yang sedang bertumbuh, maka kaskus bisa menjadi pendorong industri belanja online di Indonesia supaya situs-situs belanja kita bisa mengalahkan situs belanja di luar seperti amazon dan ebay.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar