Minggu, 29 Januari 2012

Potensi bisnis Internet 2012 di Indonesia




Sebagai negara berpopulasi padat dengan penetrasi Internet yang terus meningkat, Indonesia merupakan salah satu negara yang berharap mampu memiliki ‘Silicon Valley’ sendiri dengan berbagai startup, khususnya berbasis teknologi, yang akan menjadi perusahaan skala besar

bahkan lebih jauh lagi, bagaimana kira-kira wajah internet Indonesia satu tahun mendatang?

Pertanyaannya adalah apakah di tahun naga ini prospek bisnis internet di Indonesia tetap menjadi bisnis menjanjikan nah jika berbicara bisnis internet, pastinya tidak pernah akan ada habisnya. Pengalaman-pengalaman dari para pebisnis, pasti akan menggiurkan k

ita juga untuk mencobanya namun bagi para pemula, kadang rasa penasaran itu sirna seketika apabila sudah sampai pada tahap mencari ide bisnis yang perlu kita lakukan serta bisnis model apa yang ideal didalam kita bisa memonetisasi bisnis tersebut.

Melihat prospek bisnis internet Indonesia di tahun 2012, saya awali dari hasil menyimak laporan bertajuk The Connected Archipelago yang dirilis Deloitte, sebuah firma akuntan internasional yang membahas prospek ekonomi internet Indonesia dan ada beberapa poin penting yang disampaikan dari laporan tersebut.

  1. Tahun 2011 kontribusi internet terhadap ekonomi Indonesia mencapai 1,6 persen dari produk domestik bruto (PDB) nasional atau setara dengan Rp 166 triliun. Kontribusi internet terhadap PDB ini lebih besar dibanding ekspor gas alam cair (1,4 persen), ekspor peralatan elektronik (1,5 persen), dan sektor kelistrikan (0,5 persen). Diprediksi, sumbangan internet pada PDB pada tahun 2016 sedikitnya mencapai 2,5 persen atau sekitar Rp 324 triliun.
  2. Penggunaan handphone untuk internet di Indonesia sangat tinggi, khususnya untuk social networking. Jumlah pengguna internet melalui handphone juga mendominasi, sekitar 70 persen dari seluruh pengguna internet Indonesia.
  3. Pada pertengahan tahun 2011, pengguna internet mencapai sekitar 45 juta (18 persen dari jumlah penduduk). Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 9 persen.
  4. Pada 2011, 40 persen pengguna internet indonesia berusia antara 15 sampai 24 tahun, dan lebih dari 70 persen berusia dibawah 35 tahun.

Di tahun 2011 lalu bisnis internet Indonesia diramaikan pemberitaan aksi pembelian saham beberapa situsweb ternama, seperti Koprol, Urbanesia, Kaskus dan kapanlagi. Suntikan modal segar ini tentunya diharapkan bakal kian menguatkan cengkraman situs-situs web tersebut di dunia maya bahkan perusahaan bisnis properti online terbesar di Asia, IPGA Limited, baru-baru ini mengakuisisi PT Web Marketing pemilik dan operator situs properti www.rumah123.com dan www.rumahdanproperti.com--senilai 1 juta dolar Australia atau sekitar Rp 9,2 miliar

Ada pula perhelatan yang diharapkan bakal memacu kreatifitas dunia dotcom di tanah air. Bulan November lalu misalnya, diselenggarakan SparX Up Award. Penghargaan ini ditujukan kepada perusahaan-perusahaan start up. Terpilih sebagai pemenang pertama adalah Kartumuu.com, situs yang memungkin user mengirim kartu kepada orang lain dengan gambar dan kata-kata sederhana.

Untuk pertama kalinya juga, majalah SWA menghadirkan penghargaan bertajuk Social Media Award. Penghargaan ini khusus ditujukan kepada produk-produk dan figur publik yang menjadi sorotan di jejaring sosial.

Para pelaku jasa internet juga terlihat berlomba-lomba memberi layanan baru, mulai dari harga akses internet miring hingga bermunculannya dotcom-dotcom baru yang mencoba menyusup di ceruk pasar yang ada, apakah itu pasar lama atau membentuk ceruk pasar baru.

Fenomena di atas menyiratkan bahwa investor asing kian percaya dengan pangsa pasar internet Indonesia yang notabene sekarang sekitar 45 juta orang dan akan terus bertumbuh seiring dengan makin murahnya akses internet. Di sisi lain, optimisme juga merasuk di kalangan para pelaku usaha internet atau pun pebisnis yang mencoba merambah lahan dunia maya sebagai investasi jangka panjang.

Catatan di bawah ini akan coba menyoroti arah bisnis internet Indonesia di tahun 2012 ini, mari kita simak dari hasil penerawangan yang ada:

1. Media jejaring sosial akan terus bertumbuh

Data menunjukkan pengguna facebook di Indonesia telah mencapai lebih dari 11 juta, Pertumbuhan yang sama juga dialami oleh Twitter. Masing-masing jejaring sosial ini memiliki fanatikus tersendiri, walaupun terjadi irisan besar di antaranya.

Popularitas jejaring sosial ini telah memicu lahirnya jejaring sosial lokal seperti Plurk, Fupei, Digli, Kombes dan lain-lain. Tahun 2010 dan 2011 sebelumnya adalah tahun pembuktian bagi eksistensi jejaring lokal, sejauh mana mereka mampu menarik minat netter Indonesia.

2. Telepon seluler bakal menjad jalur utama media jejaring sosial

Sejak tahun 2009 hingga 2011 ditandai dengan gencarnya operator selular mengeluarkan ponsel bundling yang sudah memiliki aplikasi facebook di dalamnya. Sukses ini juga diikuti oleh para vendor ponsel seperti LG, Samsung, Nokia dan lain-lain dengan harga terjangkau.

Penggunaan ponsel sebagai jalur utama untuk mengakses media sosial ini, selain karena kecepatannya, juga untuk menyiasati fobia di banyak perusahaan terhadap mediaj jejaring sosial. Berdasarkan survei, lebih dari lima puluh persen perusahaan dan lembaga membatasi akses ke facebook dan sejenisnya, mulai dari limitasi waktu hingga pemblokiran total.

3. Situsweb dan Jejaring Sosial akan menjadi kebutuhan primer perusahaan

Bila dahulu banyak perusahaan melihat situsweb sebagai kebutuhan sekunder bahkan hanya tersier, di tahun depan, mereka akan melihat media baru ini sebagai kebutuhan primer. Kenapa? Karena mereka akan sering ditanya oleh klien dan atau pelanggan mereka apakah memiliki situsweb atau tidak. Mau tidak mau mereka akan membuat situsweb perusahaan, terlepas dari apakah situsweb itu hanya ala kadarnya atau sesuatu yang memang terkonsep dengan baik sesuai dengan objektif perusahaan.

4. Surat kabar dan majalah bakal ramai-ramai berbenah

Tahun 2008 Kompas versi online terlahir kembali dan diluncurkan besar-besaran setelah mereka melakukan revamp atau pembenahan secara total. Masih merasa belum puas, tahun 2009 mereka memunculkan kanal-kanal baru seperti otomotif, female dan properti.

Apa yang dilakukan Kompas ini telah diikuti oleh media-media cetak lain seperti Media Indonesia dan Tempo. Tempo misalnya telah mengeluarkan versi epaper begitu juga dengan tabloid Kontan.

Pembenahan website ini tidak semata milik media-media terbitan Jakarta bahkan media daerah seperti Jawa Pos, Pikiran Rakyat dan Waspada juga ikut berbenah, bahkan terakhir salah satu putra almarhum President Soeharto yaitu Tommy Soeharto ikut-ikutan mengembangkan bisnis online ini untuk mendirikan www.pelitaonline.com dan kabarnya telah menggelontorkan dana yang tidak sedikit adanya.

Tahun ini, para pemain media ini mau tidak mau harus terus berbenah. Kenapa? Karena kue iklan media cetak akan semakin sedikit. Begitu pula dengan jumlah pembaca yang terus tergerus oleh kehadiran internet. Semakin lambat mereka mempersiapkan diri hijrah ke media online, akan semakin besar investasi yang harus ditanamkan ke depannya.

5. Pasar besar bagi situsweb yang membidik ceruk sempit

Seiring dengan pembenahan para pemain media cetak di versi onlinenya, pasar yang tersedia untuk pemain baru tinggal di niche market. Beberapa pemain telah berhasil bermain di ceruk sempit ini seperti sendokgarpu dan weddingku.

Semakin besarnya jumlah pengguna internet Indonesia akan membuat kian beragam pula kebutuhan informasi yang mereka inginkan . Dan semakin bersiliwerannya informasi di dunia maya, semakin besar pula keinginan netter untuk “memiliki” situsweb yang mampu memenuhi kebutuhan spesifik mereka.

Adalah sebuah pilihan yang kurang bijak bila coba-coba berpikir untuk menyaingi detik, kompas, okezone, vivanews atau kapanlagi, misalnya tanpa memiliki dana yang cukup didalam bertarung sebagai penyedia konten di Horizontal portal.

6. Bermunculannya para pemain retail tradisional yang memiliki situs belanja sendiri

Dalam berbagai kesempatan bertemu dengan klien, saya melihat adanya energi besar para pemain retail tradisional untuk merambah ke bisnis online. Tahun ini mereka sudah mempersiapkan diri dan tahun depan kita bakal melihat hasilnya. Beberapa peritel tradisional yang kemungkinan bakal meluncurkan situs belanja online sendiri adalah Disc Tarra, Global Teleshop, iBox, Wenger, Topgolf dan lain-lain.

Mereka-mereka yang tahun ini baru coba-coba bisnis online, khususnya dengan memanfaatkan jejaring sosial seperti facebook, besar kemungkinan beberap di antara mereka akan memiliki website sendiri, khususnya yang telah mengemas produknya dengan baik, bahkan institusi besar seperti Rakuten dari Jepang serta Multiply dari Amerika pun sudah hadir di Indonesia.

Sebuah survei menunjukkan kalau 51 persen pengguna internet Indonesia sudah terbiasa menggunakan internet sebagai media berbelanja. Bila pengguna internet kita sekarang berjumlah 30 juta orang, berarti ada potensi pasar sebesar 15 juta lebih dan akan terus bertambah. Jumlah yang menggiurkan bukan?.

7. Social Commerce Semakin Menguat

Tumbuh pesatnya situs jejaring sosial dengan basis komunitas yang kuat menjadi peluang bisnis besar, baik dari sisi pengiklan maupun pengelola situs. Tahun depan, para pengusaha akan menambah porsi belanja iklan mereka ke media-media sosial ini. Terlebih, para pengelola situs jejaring sosial ini terus berbenah diri untuk meraup iklan. Lihat tampilan terbaru facebook, misalnya, yang sangat mengakomodir kemauan pengiklan yang memberikan ruang iklan lebih besar dibanding sebelumnya.

Tengok pula dealkeren.com yang terlihat semakin banyak dibanjiri promo-promo berbasiskomunitas ala Groupon yang sukses besar di AS. Belanja iklan di media sosial bakalmendongkrak kue iklan online tahun depan. Bila tahun ini diperkirakan belanja kue iklanonline tidak mencapai 1 persen dari total kue iklan nasional, tahun depan bisa jadi akanmenembus angka 2 persen luar biasa bukan......

8. Website Berbasis Aplikasi akan Kian Mendapat Tempat

Pengalaman saya dengan beberapa klien dan calon klien menunjukkan bahwa mulai timbul kesadaran untuk tidak sekadar memiliki website informatif yang berguna bagi pelanggan. Mereka juga mulai berpikir memiliki website yang bisa sekaligus dipakai sebagai marketing tools yang handal. Developer website bakal dituntut untuk memberikan aplikasi-aplikasi sederhana hingga kompleks untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sisi back-end bakal menjadi isu penting.

Sebagai contoh, ketika membuat website e-commerce, mereka menginginkan agar mereka juga bisa mengetahui pola perilaku konsumen, mendapatkan data-datanya secara real time cukup hanya dalam satu dua klik. Pengelolaan lalu lintas data konsumen mutlak dibutuhkan. Era situs katalog atau sekadar brosur company profile akan mulai ditinggalkan.


9. Bersaing melalui Strategi Konten

Tahun ini, tren media cetak yang ingin memiliki versi onlinenya masih akan terus berlanjut. Ada keuntungan tersendiri yang mereka miliki, yaitu captive market. Ini yang membedakannya dengan media berita online yang tidak punya basis pembaca media cetak sama sekali. Tapi itu bukan berarti versi online media cetak otomatis akan lebih banyak pembacanya dari media berita online murni di kategori yang sama. Bukti yang paling sahih misalnya adalah kompas.com yang hingga kini belum juga bisa mengatasi jumlah pengakses detik.com. Pada titik inilah, para pemilik situs bersangkutan membutuhkan strategi konten yang tepat sasaran.

Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan sebuah tabloid yang ingin membenahi versi online mereka. Melihat versi online yang ada, saya tidak heran bila pengunjungnya tidak seperti diharapkan. Isinya hanyalah copy-paste dari versi cetaknya. Tidak ada yang baru di sana, tampilan pun terkesan seadanya. Padahal ketika saya dalami konten tabloid tersebut, saya melihat ada sebuah pasar besar di dunia maya yang telah menunggu kehadiran mereka. Pasar yang selama ini belum ada yang menggarap sama sekali. Tanpa strategi yang tepat, peluang besar ini mungkin akan diambil oleh pihak lain.

Pada kesempatan lain, saya sempat berbincang-bincang dengan seorang teman tentang bisnis media berita online tempatnya bekerja yang fokus ke berita-berita hukum dan politik. Berdasarkan survei terakhir, kedua hal ini masuk dalam tiga besar informasi yang diinginkan pembaca. Tapi, mengapa situs berita tersebut kurang berkembang? dan lagi-lagi, ini masalah strategi konten.

Apa saja yang dimaksud dengan strategi konten ini? Satu yang utama adalah bagaimana supaya berita-berita yang ada mudah ditemukan via mesin pencari. Kedua, kualitas konten. Kecepatan berita harus tetap diiringi akurasi dan tata bahasa yang baik dan benar. Ketiga, desain yang menarik dan “ngangenin”—memanjakan mata pembaca sehingga ingin kembali dan kembali lagi. Last but not least, diffrensiasi konten dari kompetitor. Tanpa adanya perbedaan informasi yang signifikan, pembaca akan tetap kembali ke selera asalnya. Di tahun 2011, strategi konten ini akan menjadi pekerjaan besar bagi para pelaku media online bila ingin tetap bisa bersaing di rimba-raya-maya.

Nah kalo kita selidik punya selidik maka kunci utamanya ialah bagaimana kita bisa membuat “Monotize” dari apa yang kita bangun di industri online tersebut karena banyak orang bisa melihat kalau bisnis dotcom merupakan lahan yang menjanjikan seiring dengan terus bertumbuhnya jumlah pengguna internet di Indonesia. (Hingga pertengahan tahun ini saja, diperkirakan jumlahnya telah mencapai 45-50 juta orang.) Yang menjadi masalah utama adalah bagaimana menghasilkan uang dari bisnis dotcom tersebut. Ada yang percaya bahwa seiring dengan bertambahnya jumlah pengunjung, pengiklan akan datang dengan sendirinya. Namun kenyataan berkata lain, media miliknya tetap sepi iklan, walau telah digedor dengan harga diskon habis-habisan.

Masih kecilnya kue iklan online di Indonesia saat ini sebenarnya bukanlah pekerjaan rumah pemilik media semata diperlukan sinergi antara pemilik media dan pihak-pihak terkait lainnya seperti para blogger, para komunitas online untuk mengedukasi para pengiklan dan memberikan mereka solusi menarik bahkan di Indonesia sendiri saat ini telah ketinggalan dari negara-negara maju. Di Amerika Serikat, misalnya, belanja iklan online telah mencapai dua digit, sementara di Indonesia baru menyentuh angka 1 persen lebih sedikit bayangkan saja belanja iklan dalam beberapa tahun lalu berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia namun.

Dan melihat perkembangan yang ada tersebut serta hasil data dari beberapa analisa mengenai industri online yang ada yang saya peroleh dari sumber-sumber terpercaya maka saya melihat belakangan ini justru belanja iklan bisa bertumbuh di atas 15 persen dimana "Konsumsi domestik tinggi, sehingga pengiklan terus ada, maka di tahun 2012 kemungkinan pendapatan internet bisa mencapai 16 - 17 persen menjadi Rp 135 triliun, dibanding tahun lalu. Total pendapatan internet di Indonesia pada 2011 sebesar Rp116 triliun setara 1,6% dari pendapatan domestik bruto (PDB) tahun ini berdasarkan laporan Deloitte Access Economics yang dimandatkan Google Asia Pasifik memprediksi angka ini tumbuh tiga kali lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh dalam 5 tahun mendatang bahkan hingga 2016 diperkirakan Internet menyumbang 2,5% dari total PDB.

Dan semuanya itu mengacu kepada beberapa aspek antara lain; industri periklanan dilihat dari pertumbuhan ekonomi nasional masih relatif rendah dibandingkan negara lain maka tidak heran bila industri media nasional bisa tumbuh 10 kali lipat dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan industri lainnya belum lagi "IHSG (indeks harga saham gabungan) tumbuh 56 persen, sedangkan saham perusahaan media rata-rata tumbuh 10 kali lipat,"bayangkan saja di tahun 2011 total belanja iklan Indonesia hampir mencapai 60 Triliun rupiah, luar biasa bukan akan tetapi ini akan berpulang kepada para pemilik media dalam menerapkan strategi konten serta mengadopsi konsep social platform yang ada saat ini karena jangan lupa di tahun 2011 konten dinobatkan sebagai Raja atau istilahnya "Content is the King" maka di tahun 2012 sang Kontent mendapatkan predikat baru yaitu "Content become an Emperor".









Tidak ada komentar:

Posting Komentar