Setiap makhluk hidup atau lebih tepatnya manusia yang hidup pasti menjumpai masalah. Masalah bisa sangat bermacam-macam dan berasal dari segala penjuru tergantung kondisi dari masing-masing individu. Dalam sebuah ungkapan menyebutkan bahwa masalah adalah sebuah keniscayaan, keniscayaan yang pasti datang dan menghampiri manusia, tidak pandang umur, gender, atau bahkan etnis budaya. Tapi tentu saja tingkatannya berbeda-beda. Seorang balita hanya paling hanya bermasalah pada popoknya atau saat susunya habis, berbeda dengan remaja yang mulai banyak menemui masalah pergaulan, atau orang tua yang masalahnya cukup kompleks. Meskipun demikian, masalah sebenarnya tidak bisa dihindari, karena saat kita menghindari satu masalah maka akan muncul masalah baru yang setingkat atau bahkan lebih berat. Jadi, masalah sebaiknya dihadapi, apapun konsekuensi yang didapatkan karena itu merupakan langkah pendewasaan.
Tingkat kedewasaan seseorang lebih mengacu kepada faktor kemampuan mengelola kesabaran dan kemarahan dan jujur menahan emosi itu susah bagi saya, dan saya baru memahami sekarang, bahwa emosi itu tidak baik.
Ternyata kedewasaaan seseorang tidak dapat diukur dari usia atau tingkat kematangan seseorang bahkan Marc & Angel (2007) mengemukakan bahwa kedewasaan seseorang bukanlah terletak pada ukuran usianya, tetapi justru pada sejauhmana tingkat kematangan emosional yang dimilikinya.
kedewasaaan itu relatif, tidak dapat diukur, malah menurut saya, kedewasaan juga tidak dapat dilihat dari tingkah laku seseorang yang dimaksud Dewasa sebenarnya adalah sifat dimana seseorang dapat mengendalikan diri dari amarah dan emosi. mengendalikan emosi dan amarah dan kemudian menjadikannya sebuah kesabaran dimana menurut saya ;
- Tingkat kedewasaaa seseorang itu dapat berkembang, kedewasaan timbul ketika masalah datang, ketika cobaaan dari Allah datang lalu kita mencoba merenung dan mencari jalan keluar, disanalah kedewasaan datang. kedewasaan juga dapat dipengaruhi dari lingkungan, entah itu perihal ekonomi, keluarga, kerabat dekat, semua bisa mempengaruhi kedewasaan seseorang. kedewasaan tidak akan tumbuh dari seseorang yang merasa nyaman dalam hidupnya, kedewasaan tumbuh dari usaha, kekuatan, dan kerja keras dalam menyikapi kenyataan hidup yang keras.
- Ketika kita mendapat cobaan yang berat, dan bekerja keras melawan kerasnya hidup tidak selalu kita mendapatkan kemenangan dan keberhasilan, namun ada hal yang berharga yang bisa kita ambil dari masalah itu, yaitu kedewasaaan.
- Proses kedewasaaan itu timbul ketika kita bisa menerima kekalahan atau terbuai dengan kemenangan, kedewasaaan adalah sikap yang bijaksana dalam menerima kekalahan itu, dengan kesabaran dan kebijaksanaan menerima kekalahan, kelak kita akan berusaha lebih keras, dan lebih kuat jika mengalami masalah yang sama.
Berikut ini pemikirannya tentang ciri-ciri atau karakteristik kedewasaan seseorang yang sesungguhnya dilihat dari kematangan emosionalnya.
- Tumbuhnya kesadaran bahwa kematangan bukanlah suatu keadaan tetapi merupakan sebuah proses berkelanjutan dan secara terus menerus berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan diri.
- Memiliki kemampuan mengelola diri dari perasaan cemburu dan iri hati.
- Memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan mengevaluasi dari sudut pandang orang lain.
- Memiliki kemampuan memelihara kesabaran dan fleksibilitas dalam kehidupan sehari-hari.
- Memiliki kemampuan menerima fakta bahwa seseorang tidak selamanya dapat menjadi pemenang dan mau belajar dari berbagai kesalahan dan kekeliruan atas berbagai hasil yang telah dicapai.
- Tidak berusaha menganalisis secara berlebihan atas hasil-hasil negatif yang diperolehnya, tetapi justru dapat memandangnya sebagai hal yang positif tentang keberadaan dirinya.
- Memiliki kemampuan membedakan antara pengambilan keputusan rasional dengan dorongan emosionalnya (emotional impulse).
- Memahami bahwa tidak akan ada kecakapan atau kemampuan tanpa adanya tindakan persiapan.
- Memiliki kemampuan mengelola kesabaran dan kemarahan.
- Memiliki kemampuan menjaga perasaan orang lain dalam benaknya dan berusaha membatasi sikap egois.
- Memiliki kemampuan membedakan antara kebutuhan (needs) dengan keinginan (wants).
- Memiliki kemampuan menampilkan keyakinan diri tanpa menunjukkan sikap arogan (sombong).
- Memiliki kemampuan mengatasi setiap tekanan (pressure) dengan penuh kesabaran.
- Berusaha memperoleh kepemilikan (ownership) dan bertanggungjawab atas setiap tindakan pribadi.
- Mengelola ketakutan diri (manages personal fears)
- Dapat melihat berbagai “bayangan abu-abu” diantara ekstrem hitam dan putih dalam setiap situasi.
- Memiliki kemampuan menerima umpan balik negatif sebagai alat untuk perbaikan diri.
- Memiliki kesadaran akan ketidakamanan diri dan harga diri.
- Memiliki kemampuan memisahkan perasaan cinta dengan berahi sesaat.
- Memahami bahwa komunikasi terbuka adalah kunci kemajuan
Secara umum, kedewasaan seseorang dipengaruhi oleh cara mereka menghadapi sebuah masalah. ada beberapa tipe orang berkaitan dengan cara mereka menjumpai dan menyelesaikan masalah yang mereka temui. Bermacam-macam tipe orang yang dijumpai dalam menghadapi masalah, secara tidak langsung merefleksikan tingkat kedewasaan seseorang. Adapun beberapa tipe tersebut adalah sebagai berikut;
1. Paranoid/ peace lover
Paranoid merupakan tingkatan terparah dalam kedewasaan yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut masih jauh dari kata dewasa. Paranoid sebenarnya berhubungan erat dengan traumatis, karena kebanyakan traumatis lah yang menyebabkan seseorang menjadi paranoid. Namun ada juga yang memang punya sifat paranoid sejak lahir. Orang yang paranoid cenderung memiliki sifat penakut, berusaha lari dari masalah, terlalu takut akan resiko dengan berkhayal-khayal tentang sesuatu yang besar yang akan terjadi. Parahnya orang seperti ini menganggap dirinya paling baik, menganggap dirinya orang paling terkenal, atau paling dewasa. Padahal semuanya hanya khayalan pribadi belaka. Orang seperti ini biasanya mencari kambing hitam atas sebuah permasalahan yang menimpa dirinya. Sehingga orang paranoid termasuk level kedewasaan yang paling rendah karena tidak mau menghadapi masalah atau biasa disebut peace lover yang erat kaitannya dengan plegmatis.
2. Galau-ers
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, galau didefinisikan sebagai “sibuk beramai-ramai, ramai sekali, atau kacau tidak keruan (untuk pikiran)”. Kata galau mendadak menjadi populer dan menjadi trensetter di kalangan pemuda, khususnya para ababil. Kata ini mendadak booming untuk menyebut kondisi hati atau pikiran yang lagi kalut, banyak masalah atau pekerjaan. Padahal dalam bahasa psikologi, galau adalah ketidakmampuan seseorang untuk mendefinisikan masalah. Kegalauan akan timbul dan melanda orang-orang yang cenderung ingin menghindari masalah. Mereka yang sedang galau akan cenderung mencari-cari alasan untuk menyelesaikan tanggung jawabnya. Orang galau juga akan cenderung menyalahkan orang lain/mencari kambing hitam atas masalah yang menimpa dirinya. Parahnya, saat ini banyak sekali kaum galau yang membanjiri jejaring sosial. Sebuah penelitian psikologi menyebutkan bahwa facebook sekarang menjadi tempat berkeluh-kesah, sementara twitter menjadi tempat nggosip yang paling populer bagi kaum galau untuk mengalihkan kegalauannya. Jika kita amati lebih lanjut, faktanya memang demikian. Rata-rata status atau postingan generasi muda kita cukup miris, dimana sebagian besar berisikan hal-hal yang lebay, alay, atau jablay yang semuanya bersumber dari kegalauan. Orang-orang galau ini berada dalam tingkat kedewasaan terendah kedua karena mereka mendahulukan emosi hati dalam menyelesaikan masalah serta memandang masalah hanya dari satu sisi serta menjustifikasi masalah tanpa ada pemikiran yang rasional terlebih dahulu, padahal jika mereka memandang jauh lebih bijak di sisi yang lain, mereka akan menemukan banyak jalan dan solusi pemecahan masalaah, atau minimal masalah itu akan menjadi kelihatan lebih mudah.
3. Mandiri
Sering kita jumpai beberapa orang mencoba memecahkan masalah mereka secara mandiri, tidak ingin ada campur tangan orang lain. Orang-orang seperti ini akan berusaha memecahkan masalah dengan bekerja keras dan berfokus untuk menemukan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Orang-orang seperti ini biasanya memiliki keyakinan bahwa barang siapa yang bersungguh-sungguh akan memperoleh hasilnya (man jadda wa jada). Orang yang berada dalam tipe ini cenderung bersifat perfectionist atau berorientasi pada kesempurnaan. Mereka punya semangat dan standar tinggi dalam memandang sesuatu hal. Orang seperti ini sudah mulai masuk dalam taraf kedewasaan pertama, dimana sudah memiliki semangat untuk hidup mandiri dan sudah berani menghadapi masalah untuk diselesaikan, bukan untuk dihindari. Meskipun demikian, juga terdapat kekurangan dari memelihara sifat seperti ini, utamanya jika terlalu mandiri. Orang yang terlalu mandiri butuh kapabilitas yang tinggi, karena mereka akan merasa kesulitan jika ada banyak masalah yang datang secara bersamaan. Selain itu, saat mereka telah menyelesaikan suatu masalah akan cenderung merasa sombong atau terlalu percaya diri. Parahnya, jika mereka belum dapat menyelesaikan masalah dalam waktu lama padahal sudah berusaha keras, akan berpotensi jenuh jika tidak dibarengi dengan rasa ikhlas. Yang lebih buruk adalah jika sampai menyalahkan kehendak Tuhan dengan mengatakan Tuhan tidak adil, atau merasa tidak terima dengan banyaknya masalah yang menimpa dirinya.
4. Supel
Terkadang kita akan sangat kesulitan dalam memecahkan masalah secara sendirian, oleh karena itu diperlukan bantuan orang lain untuk ikut menyelesaikan. Di sinilah penting atau gunanya teman yang ada di saat kita membutuhkan. Orang-orang yang supel, gaul, dan banyak teman cenderung tidak mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena disekelilingnya banyak orang yang bersedia membantu, kecuali untuk faktor masalah yang sangat pribadi yang biasanya disimpan untuk diri sendiri. Oleh karenanya, orang-orang seperti ini cenderung kelihatan tanpa beban, selalu ceria, dan seakan tanpa masalah. Orang yang berada dalam tipe ini sudah bisa dikatakan dewasa karena mereka sudah bisa mengatur masalahnya dengan di-outsource-kan ke orang lain. Mereka sudah bisa mencari sudut pandang atau jalan lain untuk memecahkan masalahnya. Namun yang menjadi kekurangan adalah karena terlalu sering meminta bantuan orang lain, maka ada kemungkinan kapabilitas individunya diragukan saat harus menyelesaikan masalah secara sendirian.
5. Sang Manajer
Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang luas dan mampu memandang masalah dari berbagai segi untuk memecahkannya. Orang yang berjiwa manajer biasanya disebut orang yang bijak yang mampu mengatur proporsi kapan dan seberapa besar masalah yang mampu dia hadapi dan kapan dia harus meminta bantuan orang lain. Oleh karena itu, tak heran jika biasanya orang seperti ini mampu menengahi permasalahan antara dua belah pihak, sehingga dia dianggap dewasa dan ditokohkan di dalam komunitasnya. Orang-orang dalam taraf ini biasanya menghadapi masalah yang cukup kompleks, namun mereka selalu berusaha optimal baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain untuk dikombinasikan sehingga mendapatkan formula yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Meskipun demikian, dibalik segala kelebihannya, ada potensi kekurangan yang bisa timbul untuk orang-orang seperti ini jika tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang baik. Karena dengan penokohan dan prinsip yang dia miliki, akan ada potensi dia menjadi seorang diktator atau menjadi orang yang dengan mudah melawan hal-hal yang bertentangan dengan prinsipnya.
Quotes:
Seseorang bukan dilihat dari seberapa sempurna ia bertindak.
Tetapi seberapa sadar ia bahwa ia tidak akan bertindak secara sempurna.
Manusia adalah ciptaan yang paling mendekatiNya.
Manusia diberikan kebebasan yang seluas luasnya.
Namun, kebebasan itu sendirilah yang membatasi manusia.
Dan menyadarkan dia bahwa dia adalah mahkluk yang paling terbatas.
Dengan kedewasaan, ia belajar memaklumi dan hidup diantara keterbatasannya.
Itulah kedewasaan seorang manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar