Ini adalah potongan-potongan dari sebuah aktifitas kehidupan yang saya coba uraikan ke dalam kalimat-kalimat yang saya coba jabarkan sendiri dalam bentuk tulisan maupun berdasarkan pengambilan dari berbagai nara sumber yang ada.
Senin, 28 Januari 2013
Mitos Multi Task di Otak
Pada jaman dimana begitu banyak pekerjaan harus diselesaikan, maka kitapun meniru konsep komputer “multitasking”. Menyelesaikan beberapa pekerjaan sekaligus pada saat yang bersamaan. Kalau bisa kita menelpon bawahan kita memberi perintah kerja sambil menyetir mobil. Menulis laporan sambil mendengarkan berdiskusi rencana kerja dengan bawahan, serta melihat ringkasan berita di telivisi pada saat yang bersamaan.
Multitasking, mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus, jadi sebuah keharusan dijaman ini, seperti notebook kita yang bisa mengirim file besar sambil kita sedang mengetik makalah dan mendengarkan rekaman “Business Wisdom” dari rekaman didalam komputer. Komputer bisa, kenapa kita tidak?
Prof.Gloria Mark, dari University of California Irvine, baru-baru ini melakukan percobaan pada karyawan perusahaan investement management. Ternyata secara rata2 orang-orang yang sibuk ini pada jam sibuk berpindah pekerjaan 20 kali dalam sejam; mengetik emial, menelpon, membaca laporan, melihat BB, ada email masuk lagi, dan seterusnya, infonya bisa di lihat di http://brainrules.blogspot.com/2008/03/brain-cannot-multitask_16.html
Mitos tentang “multitasking” adalah sebuah kebohongan, ternyata manusia tidak bisa memikirkan dua hal sekaligus. Yang sebenarnya terjadi adalah kita pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, dan kembali pada pekerjaan semula, dan seterusnya. Ini menimbulkan ilusi seolah olah kita mampu mengerjakan 2 pekerjaan sekaligus.
Ketika kita melakukan pekerjaan yang sudah terlalu sering kita lakukan, maka kita bisa melakukannya dalam “automatic mode”, tanpa berpikir, nah saat itu kita bisa menggunakan otak kita untuk memikirkan hal lain. Itupun dalam kenyataannya masih sangat berbahaya. Seperti halnya mengutak atik handphone atau BB ketika sedang menyetir.
Hasil awal perkiraan orang, dari interview yang dilakukan, adalah 25 persen dari kecelakaan kendaraan adalah karena pengendara melakukan “pekerjaan kedua” saat menyetir. Tetapi ketika dilakukan penyelidikan lebih lanjut, dan dilakukan perekaman terhadap pengendara, maka hasil yang benar adalah 78 persen dari kecekalakaan, dan 65 persen dari “hampir terjadi kecelakaan”, adalah karena kita terlibat dalam “pekerjaan kedua”, entah berup diskusi serius, melihat papan nama, membaca, BB, SMS, atau pekerjaan lainnya saat menyetir.
Dua detik saja kita lengah ketika menyetir, akan menaikkan kemungkinan kecelakaan menjadi dua kali lipat. Berapa detik sehari anda menyetir dan melakukan hal yang lain? Hal ini adalah karena ilusi bahwa kita mampu mengerjakan beberapa hal sekaligus.
Ketika melakukan dua hal sekaligus, maka otak kita mengerjakan satu hal, berhenti, pindah ke hal lain, berhenti, kembali ke hal pertama, dan seterusnya, ada jeda2 kecil saat pindah tersebut, dan menjadi makin lamban pada orang tua. Umur 40 keatas respon kita melemah, apalagi diatas 60 tahun. Lelaki lebih sulit bermultitasking dapi pada wanita. Remaja dengan otak yang masih segar yang termudah.
Di sebuah science museum di San Francisco: Exploratorium, saya pernah mencoba sebuah alat percobaan dimana anda diminta mengangkat telpon dan mendengarkan suara orang bercerita, dan pada saat bersamaan ada diminta berbicara menceritakan pakaian anda. Kalau ada berhenti bicara maka suara di telpon juga berhenti bicara. Ternyata kita tidak mempu bercerita (karena perlu berpikir) sambil menyimak cerita orang (karena juga perlu otak merekamnya) pada saat bersamaan.
Maka, ada baiknya kita melakukan satu hal saja dengan sangat baik pada satu saat, dan setelah selesai, baru melakukan hal kedua. Interupsi seperti telpon, BBM, IM, SMS justru malah memperlambat kerja kita atau mengurangi kwalitas kerja kita tanpa kita sadari.
Multitasking Memperlambat Kerja Otak
Bahkan mengerjakan banyak tugas sekaligus (multi-tasking) sekalipun tertkadang itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari namun pertanyaan berikut adalah, apakah cara ini bagus untuk otak? Profesor Earl Miller dari world-renowned Massachusetts Institute of Technology menemukan, kecenderungan multi-tasking ternyata memicu berbagai gangguan otak, termasuk stres kronis dan kemarahan tidak terkontrol.
Membuat otak kabur
Hasil medical-scanning menunjukkan, otak manusia tidak didisain untuk mengerjakan banyak tugas sekaligus seperti pakar sulap. Otak bergerak secara perlahan dari satu tugas ke tugas lainnya. Artinya, mengerjakan 2 atau 3 kegiatan saja sekaligus akan memaksa otak bekerja lebih keras dibandingkan jika Anda mengerjakan tugas tersebut satu per satu.
Dalam penelitiannya, Miller meminta para partisipan menjalani scan kepala sambil mengerjakan berbagai tugas berbeda secara bersamaan. Studi menemukan, saat sekelompok stimulan dihadirkan di hadapan Anda, hanya 1 atau 2 hal yang cenderung mengaktifkan otak. Hal ini, menurut Miller, mengindikasikan kalau Anda hanya benar-benar fokus terhadap 1 atau 2 hal.
Dengan kata lain, otak berusaha melompat dari satu tugas ke tugas lainnya secara tidak efisien. Dan masalah sebenarnya, lanjut Miller, akan muncul saat Anda mencoba berkonsentrasi pada dua tugas sekaligus."Hal ini akan menyebabkan kapasitas pengolahan data otak kelebihan muatan," tutur Miller, seperti dikutip situs dailymail.
Hal ini, terang Miller, biasanya terjadi saat Anda mencoba melakukan tugas-tugas yang hampir serupa bersamaan, misalnya menulis email dan berbicara di telepon. Kedua aktivitas ini akan bersaing untuk menggunakan bagian otak yang sama. Sebagai akibatnya, kerja otak akan melambat.
Menurut Glenn Wilson, seorang psikiater dari University of London, jangankan melakukannya, memikirkan hal ini saja bisa menurunkan kerja otak. Penelitiannya beberapa tahun lalu sebelumnya menemukan, berada dalam situasi yang memungkinkan Anda bisa mengetik dan mengirim email sekaligus (misalnya di meja kerja) saja, bisa menurunkan IQ hingga 10 angka. Efek yang ditimbulkan setara dengan otak yang kabur akibat tidak tidur semalaman.
Tidak efisien
Tidak hanya mempengaruhi kejernihan mental, kerja otak yang berpindah-pindah antara satu ke yang lain juga membuat kerja Anda menjadi tidak efisien. Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal Of Experimental Psychology menemukan, siswa memerlukan lebih banyak waktu untuk memecahkan soal matematika yang rumit saat mereka harus berpindah mengerjakan tugas yang lain. Kerja mereka melambat hingga 40%.
Memicu stres
Studi ini juga menemukan kalau multi-tasking berpengaruh negatif terhadap fisik, memicu pelepasan hormon stres dan adrenalin. Hal ini akan memicu munculnya siklus yang justru merugikan Anda. Anda akan bekerja lebih keras untuk mengerjakan banyak tugas sekaligus, menghabiskan lebih banyak waktu, kemudian merasa stres, semakin terburu-buru dan semakin memaksa diri untuk melakukan lebih banyak lagi.
Studi-studi yang dilakukan Gloria Mark, seorang 'interruption scientist' dari University of California menemukan, saat orang sering berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas yang lain, maka mereka bekerja lebih cepat tetapi menghasilkan lebih sedikit. Setelah 20 menit mengerjakan tugas yang berpindah-pindah, partisipan melaporkan merasa lebih stres, frustasi, bekerja berlebih, berusaha lebih banyak dan merasa lebih tertekan.
Bagaimana dengan Anda? pernahkah Anda mencoba melihat bahwa pola multi-tasking yang Anda terapkan justru menjadi sumber penyebab kelelahan Anda di penghujung hari? Jika Anda terbiasa dengan cara multi-tasking, ada baiknya mulai mempertimbangkannya kembali.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar