Siapa yang tak mau punya atasan berhati malaikat?, Bos
yang selalu memberi semangat dan memuji—bahkan memberi bonus—setiap Kita berhasil meraih target.
Unfortunately, you can't choose your boss. Atasan ideal
sulit dicari, bahkan tergolong langka. So what should you do?
Atasan juga manusia yang memiliki kelemahan dalam
kesehariannya. Mungkin awalnya Kita sangat mengagungkan atasan sebagai pribadi
yang menyenangkan, sampai Kita sedikit demi sedikit mengenalnya dan melihat
sifat aslinya. “Awal saya memulai karir saya di Indonesia di dalam pekerjaan saya kerap memuja atasan karena dia baik dan selalu
memotivasi saya.
Tapi berselang beberapa bulan, mulai kelihatan deh sifat aslinya.
Dia sering marah-marah menjelang deadline, melemparkan pekerjaannya pada saya
tanpa memperhitungkan waktu, bahkan mengucilkan saya bila prestasi saya lebih
baik darinya,” cerita dari seorang teman saya 27 tahun dimana ia bekerja sebagai Business Analyst assistant, lalu apakah Kita mengalami hal yang sama seperti cerita diatas? Atau bahkan lebih parah? Kita memang
tidak bisa memilih atasan, tapi bukan berarti tidak ada solusinya, kan?
Dalam kutipan dari sebuah majalah bisnis yang pernah saya baca, menurut Ayoe Kasroen, Executive Search
Consultant dari Jakarta Consulting Group, umumnya ada lima tipe atasan
yang ditemukan di perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Lovable
Ciri: Berwibawa, baik hati, menyenangkan, peduli pada
nasib bawahannya, asyik diajak hang out, atau curhat sekalipun. Umumnya tipe
atasan seperti ini menghindari konflik karena mereka ingin dianggap sebagai
pemimpin yang asyik. Padahal seharusnya seorang supervisor harus bisa me-manage
konflik. Mereka juga cenderung mencari aman; memberikan input hanya bila
ditanya karena tidak mau terkesan bawel oleh bawahannya. Akibatnya, Kita tidak
maksimal dalam bekerja sebagai individu karena kurang mendapatkan arahan
langsung dari atasan.
Cara menghadapi: Banyak benefit yang bisa Kita dapatkan
dari atasan seperti ini. Kita bisa santai menentukan deadline sendiri dan lebih
bebas menjalankan tanggung jawab sehingga dapat berkembang dengan cara Kita sendiri. The best way to handle this kind of boss is to be
self-starter. Kita harus aktif meminta input pada atasan dan pandai mengatur
deadline sendiri.
High Achiever
Ciri: Selalu datang ke kantor paling awal dan pulang
paling terakhir, sangat disiplin soal tenggat waktu, mengerti office politics
dan tahu cara memanfaatkannya, lihai melakukan networking, serta memiliki
target yang tinggi. Tipe atasan ini selalu menuntut lebih dan perfeksionis.
Mereka menuntut performa Kita sesuai standar yang dimilikinya.
Cara menghadapi: Buat target sesuai standar atasan.
Memang semua orang memiliki kemampuan masing-masing. Namun menurut Ayoe
Kasroen, tidak ada target yang tak bisa diraih. Semakin tinggi standar target
yang Kita terapkan, maka akan semakin baik pula hasil yang dicapai. Namun
jangan hanya memperhatikan hasil. Proses sama pentingnya dengan hasil. Bila proses
berjalan buruk, maka hasil pun tak dijamin sempurna. Remember that, babes!
Self Promoter
Ciri: Sangat ingin tampil, sometimes taking credits of
other works. Mengesalkan memang jika hasil pekerjaan Anda diakui atasan sebagai
hasil kerjanya. But try to think it differently. Keuntungan memiliki pemimpin
'suka tampil' adalah terangkatnya nama tim di mata publik. Hasil pekerjaan yang
bagus secara tak langsung mengekspos performa baik kerja tim, termasuk Anda.
Cara menghadapi: Berikan update terbaru soal perusahaan.
Jangan hitung-hitungan soal pekerjaan.
Bekerjalah untuk diri sendiri bukan
untuk mendapatkan pujian. Jangan sampai terkena sindrom sakit hati yang membuat
Kita semakin malas bekerja dan memperburuk kualitas Anda sebagai pekerja.
Last clue
Ciri: Tidak tahu apa-apa, menyerahkan semua pekerjaan
pada Kita seakan Kita lebih mengetahui pekerjaan lebih baik darinya. Enaknya
memiliki atasan seperti ini, mereka pasti mengajak Anda bila ada kegiatan
penting. It's fun, karena Anda bisa menampilkan diri dan kemampuan tanpa perlu
meminta kesempatan. The bad side, Kita tidak mendapatkan banyak panduan soal
pekerjaan.
Cara menghadapi: Segala kesulitan bisa dihadapi dengan
komunikasi. Anda boleh saja menyelesaikan pekerjaan dengan cara sendiri tapi
jangan lupa meminta input sebanyak-banyaknya dari atasan. Selain pekerjaan
lebih lancar, atasan Anda juga tidak akan merasa terabaikan.
Drama queen.
Ciri: Suka berlebihan, mudah panik, sering berlaku
emosional. Keuntungannya, atasan seperti ini mampu memberikan sense of urgency,
membuat Kita cepat mengerjakan tugas dan memompa adrenalin Anda. Selain itu,
Kita juga terbiasa bekerja di bawah tekanan. Sikap hebohnya akan melatih mental
Kita dalam menghadapi masalah sesulit apa pun.
Cara menghadapi: Jangan ikut panik. Sebaliknya imbangi
dengan bersikap tenang. Bantu dia menyelesaikan masalah hingga yang sepele
sekalipun. Ingatlah bahwa pekerjaan membutuhkan kerja tim, bukan pribadi.
Bantuan sekecil apapun pada atasan akan memberikan efek kesinambungan pada
hasil pekerjaan Kita. Helping people will give you good karma!
Lalu di satu sisi sebetulnya apa sih hal-hal Negatif Yang Tidak Disukai Para Atasan kita tersebut terhadap kita sebagai bawahannya?.
Pernahkah Kita di buat bingung dengan sikap Atasan Kita yang tiba - tiba marah -marah sama Kita? Sekarang coba ingat-ingat kembali, apa
yang telah Kita lakukan yang mungkin tidak berkenan dihati beliau dan kemudian
berujung dengan kemarahannya. Mungkin saja Kita terlalu banyak mengobrol di kantor,
sering datang terlambat atau bahkan mungkin bos menganggap Kita tidak becus
melakukan tugas "sepele" darinya.
Terpenting yang perlu Kita ketahui sekarang adalah bahwa
setiap atasan itu selalu memperhatikan gerak-gerik anak buahnya di kantor. Jika
ada satu hal yang tidak disukainya, masih beruntung kalau bos langsung menegur Kita. Bagaimana jika akhirnya bos akan "merubah" sikap dan
pandangannya terhadap performance Kita? Tentu Kita tidak mau ini terjadi
kan...? Nah, kalau begitu mari kita simak terus cerita dan pendapat yang ada berdasarkan pengalaman yang saya jalani selama ini perihal hal-hal apa
saja yang "dibenci" oleh para bos diseluruh dunia!
Kita bersikap superior
Jika kebetulan saat Kita memiliki posisi penting dalam
team work, jangan bersikap superior dan memperlakukan rekan kerja lainnya dengan
sikap melecehkan seolah Kita adalah orang paling penting. Cobalah untuk tidak
pandang bulu memperlakukan rekan sekerja, bersikaplah hangat, ramah dan rendah
hati. Dengan demikian Kita akan mendapatkan kesan baik tak hanya dari atasan
tapi juga dari rekan sekerja.
Kita "merahasiakan" kesalahan
Sekecil apapun kesalahan Kita dalam menangani suatu
pekerjaan, tetaplah bersikap jujur dan berterus teranglah pada atasan. Karena
sekecil apapun "rahasia" dalam pekerjaan pasti nantinya akan
menganggu kinerja Kita. Keterus terangan dan menceritakan apa yang terjadi akan
membuat atasan Kita mengerti dan mungkin malah bisa membantu mencarikan solusi.
Jangan sekali-kali menyembunyikan kesalahan kemudian melempar kesalahan pada
orang lain, jika atasan tahu akan hal ini. Dalam waktu singkat atasan akan
hilang kepercayaan pada Kita.
Kita memforward e-mail yang tidak penting pada atasan
Meskipun atasan terlihat akrab denganKita, tapi ini bukan berarti Kita bisa
menganggapnya sebagai teman yang bisa Kita kirimi e-mail yang tidak penting dan
sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Sebagai atasan, bos Kita sudah tidak ada waktu lagi untuk membaca e-mail yang tak penting yang akhirnya
hanya akan membuatnya kesal.
Kita selalu menganggap teman sekerja sama dengan saingan
atau "musuh".
Setiap atasan yang bijaksana selalu ingin menyingkirkan
nama-nama pegawainya yang tega menjatuhkan rekan kerjanya sendiri demi posisi
yang lebih tinggi. Tapi sebaliknya, para atasan akan terkesan dengan sifat dan
sikap bawahannya yang ringan tangan, mau berbagi informasi atau ilmu pada
rekannya serta mudah diajak kerjasama.
Kita si "tukang menyelinap"
Jangan menyangka atasan tak mengetahui kalau Kita sering
datang terlambat lalu menyelinap masuk dan duduk seolah tak terjadi apa-apa.
Pada dasarnya, sikap tidak disiplin adalah "penyakit" yang oleh
para atasan sedunia ingin diberantas. Jika terlambat, lebih baik bersikap
sportif dan jangan mengatakan alasan-alasan "asal" yang terkesan tak
masuk akal.
Kita "kaku" dan selalu terpaku pada detail
Terobsesi untuk selalu melakukan pekerjaan dengan "sempurna" adalah
hal yang sangat baik. Tapi jangan harap atasan Kita akan senang menerima
laporan pekerjaan yang bertele-tele tanpa adanya kesimpulan. Artinya, jangan
sampai atasan Kita buat bingung dan mencari sendiri inti dari laporan yang Kita berikan. Membuat kesimpulan atas selurus pekerjaan adalah tugas Kita dan bukan
tugas tugas atasan Kita!
Kita kerap mengatakan "Saya tidak bisa..."
Mulai sekarang yang harus Kita camkan dalam diri Kita haruslah kalimat "Ya, saya mampu...!" Kemudian kerjakan tugas dari
atasan dengan sebaik mungkin. Percayalah, karena tak seorangpun atasan yang
suka bawahannya terlihat "tidak mampu" melakukan tugas darinya.
Kita berpredikat si NATO (No Action Talk Only)
Lebih baik
jadilah si sedikit bicara tapi banyak bekerja! Selain itu si NATO ini biasanya
suka sekali bergosip yang tak penting, bukan pendengar yang baik dan suka
sekali memotong pembicaraan orang lain. Sebelum atasan mulai merasa kesal pada
Kita, cepat rubah sikap dan perilaku Kita yang seperti ini.
Mudah-mudahan beberapa Tips diatas bisa membantu cara berinteraksi kita sebagai karyawan, baik antar sesama maupun hubungan atasan dan bawahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar