Senin, 04 Februari 2013

Dinamika hubungan di pekerjaan



Siapa yang tak mau punya atasan berhati malaikat?, Bos yang selalu memberi semangat  dan memuji—bahkan memberi bonus—setiap Kita berhasil meraih target. 

Unfortunately, you can't choose your boss. Atasan ideal sulit dicari, bahkan tergolong langka. So what should you do?

Atasan juga manusia yang memiliki kelemahan dalam kesehariannya. Mungkin awalnya Kita sangat mengagungkan atasan sebagai pribadi yang menyenangkan, sampai Kita sedikit demi sedikit mengenalnya dan melihat sifat aslinya. “Awal saya memulai karir saya di Indonesia di dalam pekerjaan saya kerap memuja atasan karena dia baik dan selalu memotivasi saya. 

Tapi berselang beberapa bulan, mulai kelihatan deh sifat aslinya. Dia sering marah-marah menjelang deadline, melemparkan pekerjaannya pada saya tanpa memperhitungkan waktu, bahkan mengucilkan saya bila prestasi saya lebih baik darinya,” cerita dari seorang teman saya 27 tahun dimana ia bekerja sebagai Business Analyst assistant, lalu apakah Kita mengalami hal yang sama seperti cerita diatas? Atau bahkan lebih parah? Kita memang tidak bisa memilih atasan, tapi bukan berarti tidak ada solusinya, kan?

Dalam kutipan dari sebuah majalah bisnis yang pernah saya baca, menurut Ayoe Kasroen, Executive Search Consultant dari Jakarta Consulting Group,  umumnya ada lima tipe atasan yang ditemukan di perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Lovable
Ciri: Berwibawa, baik hati, menyenangkan, peduli pada nasib bawahannya, asyik diajak hang out, atau curhat sekalipun. Umumnya tipe atasan seperti ini menghindari konflik karena mereka ingin dianggap sebagai pemimpin yang asyik. Padahal seharusnya seorang supervisor harus bisa me-manage konflik. Mereka juga cenderung mencari aman; memberikan input hanya bila ditanya karena tidak mau terkesan bawel oleh bawahannya. Akibatnya, Kita tidak maksimal dalam bekerja sebagai individu karena kurang mendapatkan arahan langsung dari atasan.

Cara menghadapi: Banyak benefit yang bisa Kita dapatkan dari atasan seperti ini. Kita bisa santai menentukan deadline sendiri dan lebih bebas menjalankan tanggung jawab sehingga dapat berkembang dengan cara Kita sendiri. The best way to handle this kind of boss  is to be  self-starter. Kita harus aktif meminta input pada atasan dan pandai mengatur deadline sendiri.

High Achiever
Ciri: Selalu datang ke kantor paling awal dan pulang paling terakhir, sangat disiplin soal tenggat waktu, mengerti office politics dan tahu cara memanfaatkannya, lihai melakukan networking, serta memiliki target yang tinggi. Tipe atasan ini selalu menuntut lebih dan perfeksionis. Mereka menuntut performa Kita sesuai standar yang dimilikinya.

Cara menghadapi: Buat target sesuai standar atasan. Memang semua orang memiliki kemampuan masing-masing. Namun menurut Ayoe Kasroen, tidak ada target yang tak bisa diraih. Semakin tinggi standar target yang Kita terapkan, maka akan semakin baik pula hasil yang dicapai. Namun jangan hanya memperhatikan hasil. Proses sama pentingnya dengan hasil. Bila proses berjalan buruk, maka hasil pun tak dijamin sempurna. Remember that, babes!

Self Promoter
Ciri: Sangat ingin tampil, sometimes taking credits of other works. Mengesalkan memang jika hasil pekerjaan Anda diakui atasan sebagai hasil kerjanya. But try to think it differently. Keuntungan memiliki pemimpin 'suka tampil' adalah terangkatnya nama tim di mata publik. Hasil pekerjaan yang bagus secara tak langsung mengekspos performa baik kerja tim, termasuk Anda.

Cara menghadapi: Berikan update terbaru soal perusahaan. Jangan hitung-hitungan soal pekerjaan. 
Bekerjalah untuk diri sendiri bukan untuk mendapatkan pujian. Jangan sampai terkena sindrom sakit hati yang membuat Kita semakin malas bekerja dan memperburuk kualitas Anda sebagai pekerja.

Last clue
Ciri: Tidak tahu apa-apa, menyerahkan semua pekerjaan pada Kita seakan Kita lebih mengetahui pekerjaan lebih baik darinya. Enaknya memiliki atasan seperti ini, mereka pasti mengajak Anda bila ada kegiatan penting. It's fun, karena Anda bisa menampilkan diri dan kemampuan tanpa perlu meminta kesempatan. The bad side, Kita tidak mendapatkan banyak panduan soal pekerjaan.

Cara menghadapi: Segala kesulitan bisa dihadapi dengan komunikasi. Anda boleh saja menyelesaikan pekerjaan dengan cara sendiri tapi jangan lupa meminta input sebanyak-banyaknya dari atasan. Selain pekerjaan lebih lancar, atasan Anda juga tidak akan merasa terabaikan.

Drama queen.
Ciri: Suka berlebihan, mudah panik, sering berlaku emosional. Keuntungannya, atasan seperti ini mampu memberikan sense of urgency, membuat Kita cepat mengerjakan tugas dan memompa adrenalin Anda. Selain itu, Kita juga terbiasa bekerja di bawah tekanan. Sikap hebohnya akan melatih mental Kita dalam menghadapi masalah sesulit apa pun.

Cara menghadapi: Jangan ikut panik. Sebaliknya imbangi dengan bersikap tenang. Bantu dia menyelesaikan masalah hingga yang sepele sekalipun. Ingatlah bahwa pekerjaan membutuhkan kerja tim, bukan pribadi. Bantuan sekecil apapun pada atasan akan memberikan efek kesinambungan pada hasil pekerjaan Kita. Helping people will give you good karma!

Lalu di satu sisi sebetulnya apa sih hal-hal Negatif Yang Tidak Disukai Para Atasan kita tersebut terhadap kita sebagai bawahannya?.

Pernahkah Kita di buat bingung dengan sikap Atasan Kita yang tiba - tiba marah -marah sama Kita? Sekarang coba ingat-ingat kembali, apa yang telah Kita lakukan yang mungkin tidak berkenan dihati beliau dan kemudian berujung dengan kemarahannya. Mungkin saja Kita terlalu banyak mengobrol di kantor, sering datang terlambat atau bahkan mungkin bos menganggap Kita tidak becus melakukan tugas "sepele" darinya.

Terpenting yang perlu Kita ketahui sekarang adalah bahwa setiap atasan itu selalu memperhatikan gerak-gerik anak buahnya di kantor. Jika ada satu hal yang tidak disukainya, masih beruntung kalau bos langsung menegur Kita. Bagaimana jika akhirnya bos akan "merubah" sikap dan pandangannya terhadap performance Kita? Tentu Kita tidak mau ini terjadi kan...? Nah, kalau begitu mari kita simak terus cerita dan pendapat yang ada berdasarkan pengalaman yang saya jalani selama ini perihal hal-hal apa saja yang "dibenci" oleh para bos diseluruh dunia!

Kita bersikap superior
Jika kebetulan saat Kita memiliki posisi penting dalam team work, jangan bersikap superior dan memperlakukan rekan kerja lainnya dengan sikap melecehkan seolah Kita adalah orang paling penting. Cobalah untuk tidak pandang bulu memperlakukan rekan sekerja, bersikaplah hangat, ramah dan rendah hati. Dengan demikian Kita akan mendapatkan kesan baik tak hanya dari atasan tapi juga dari rekan sekerja.

Kita "merahasiakan" kesalahan
Sekecil apapun kesalahan Kita dalam menangani suatu pekerjaan, tetaplah bersikap jujur dan berterus teranglah pada atasan. Karena sekecil apapun "rahasia" dalam pekerjaan pasti nantinya akan menganggu kinerja Kita. Keterus terangan dan menceritakan apa yang terjadi akan membuat atasan Kita mengerti dan mungkin malah bisa membantu mencarikan solusi. Jangan sekali-kali menyembunyikan kesalahan kemudian melempar kesalahan pada orang lain, jika atasan tahu akan hal ini. Dalam waktu singkat atasan akan hilang kepercayaan pada Kita.

Kita memforward e-mail yang tidak penting pada atasan 
Meskipun atasan terlihat akrab denganKita, tapi ini bukan berarti Kita bisa menganggapnya sebagai teman yang bisa Kita kirimi e-mail yang tidak penting dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Sebagai atasan, bos Kita sudah tidak ada waktu lagi untuk membaca e-mail yang tak penting yang akhirnya hanya akan membuatnya kesal.

Kita selalu menganggap teman sekerja sama dengan saingan atau "musuh".
Setiap atasan yang bijaksana selalu ingin menyingkirkan nama-nama pegawainya yang tega menjatuhkan rekan kerjanya sendiri demi posisi yang lebih tinggi. Tapi sebaliknya, para atasan akan terkesan dengan sifat dan sikap bawahannya yang ringan tangan, mau berbagi informasi atau ilmu pada rekannya serta mudah diajak kerjasama.

Kita si "tukang menyelinap"
Jangan menyangka atasan tak mengetahui kalau Kita sering datang terlambat lalu menyelinap masuk dan duduk seolah tak terjadi apa-apa. Pada dasarnya, sikap tidak disiplin adalah "penyakit" yang oleh para atasan sedunia ingin diberantas. Jika terlambat, lebih baik bersikap sportif dan jangan mengatakan alasan-alasan "asal" yang terkesan tak masuk akal.

Kita "kaku" dan selalu terpaku pada detail 
Terobsesi untuk selalu melakukan pekerjaan dengan "sempurna" adalah hal yang sangat baik. Tapi jangan harap atasan Kita akan senang menerima laporan pekerjaan yang bertele-tele tanpa adanya kesimpulan. Artinya, jangan sampai atasan Kita buat bingung dan mencari sendiri inti dari laporan yang Kita berikan. Membuat kesimpulan atas selurus pekerjaan adalah tugas Kita dan bukan tugas tugas atasan Kita!

Kita kerap mengatakan "Saya tidak bisa..."
Mulai sekarang yang harus Kita camkan dalam diri Kita haruslah kalimat "Ya, saya mampu...!" Kemudian kerjakan tugas dari atasan dengan sebaik mungkin. Percayalah, karena tak seorangpun atasan yang suka bawahannya terlihat "tidak mampu" melakukan tugas darinya.

Kita berpredikat si NATO (No Action Talk Only) 
Lebih baik jadilah si sedikit bicara tapi banyak bekerja! Selain itu si NATO ini biasanya suka sekali bergosip yang tak penting, bukan pendengar yang baik dan suka sekali memotong pembicaraan orang lain. Sebelum atasan mulai merasa kesal pada Kita, cepat rubah sikap dan perilaku Kita yang seperti ini.

Mudah-mudahan beberapa Tips diatas bisa membantu cara berinteraksi kita sebagai karyawan, baik antar sesama maupun hubungan atasan dan bawahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar