Jumat, 04 September 2020

Giliran Industri Pelayanan Kesehatan diterjang Era Disruptif

 

Dewasa ini sering kita mendengar mengenai munculnya pelaku dalam dunia bisnis yang mengganggu keberadaan pelaku lama atau Disruptive Innovation. Berbagai fenomena yang ada tersebut sudah jelas terjadi bukan tanpa sebab. Pertama, perkembangan teknologi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap arah perubahan dan inovasi. Kedua, kebutuhan yang tinggi akan efisiensi dan efektifitas menyebabkan produsen perlu melakukan inovasi yang memadahi.

Transformasi digital telah berperan dalam hal revolusi berbagai industri, khususnya dalam bidang kesehatan. Teknologi di bidang kesehatan memungkinkan seorang individu untuk mendapatkan hidup yang lebih sehat, usia harapan hidup yang lebih panjang, dan kehidupan yang lebih produktif. Sebagai contoh, pada tahun 2015, telemedicine diakses oleh lebih dari satu juta penduduk. Angka ini meningkat secara signifikan di tahun 2018, dimana jumlah penduduk yang mengakses telemedicine telah mencapai 7 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi telah memberdayakan pasien bahkan sampai di area terpencil sekalipun untuk mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Teknologi meningkatkan fasilitas kesehatan

Salah satu alasan utama bagaimana teknologi merevolusi industri perawatan kesehatan adalah dengan meningkatkan layanan perawatan kesehatan untuk pasien seperti diagram dibawah ini 

Mendekatkan layanan kesehatan bagi orang-orang yang lokasinya jauh dari fasilitas kesehatan – itulah yang ingin dicapai dari adanya telemedicine. Namun, apa Anda sudah betul-betul paham mengenai layanan canggih ini?.


Apa Itu Telemedicine?

Meski baru populer pada beberapa tahun belakangan di Indonesia, sebenarnya istilah telemedicine pertama kali disebutkan pada tahun 1970an yang  berarti pengobatan dari jarak jauh.

Pada 2010, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) mendefinisikan pengertian telemedicine sebagai pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendiagnosis, mengobati, mencegah, dan mengevaluasi kondisi kesehatan seseorang yang berada dalam kondisi yang jauh dari fasilitas kesehatan.

Awalnya, pengobatan jarak jauh ini dilakukan dengan teknologi sederhana. Misalnya, perawat di fasilitas kesehatan daerah terpencil melakukan konsultasi dengan dokter di rumah sakit di sebuah kota besar melalui telepon atau SMS.

Namun, saat ini telemedicine sudah maju pesat. Salah satu contohnya adalah dokter dapat membaca hasil rekam jantung atau hasil ultrasonografi (USG) pasien melalui aplikasi atau website tanpa harus bertemu langsung dengan pasien yang bersangkutan.

Contoh lainnya adalah dokter dapat memantau kadar gula darah harian pasien diabetes melitus tanpa harus berjumpa dengan pasien tersebut setiap hari. Hebat, bukan?

Tak heran, jika banyak pengembang layanan kesehatan digital melirik industri telemedicine, yang memberikan layanan kesehatan jarak jauh melalui telekomunikasi dan teknologi informasi.

Umumnya, telemedicine merupakan kombinasi dari:

‘Simpan-dan-teruskan’: Data medis pasien dikumpulkan dan ditransmisikan ke tenaga medis untuk pemeriksaan.

Pengawasan jarak jauh: Bermanfaat pada manajemen penyakit kronis dengan menghemat waktu dan biaya. Komunikasi interaktif: Konsultasi dan pemeriksaan oleh tenaga medis secara real time.

Telemedicine sebagai terobosan teknologi digital di bidang kesehatan juga dapat membantu keluarga merawat anggotanya yang berada dalam kondisi kritis.

Beberapa pengembang layanan kesehatan digital mulai memformulasikan alat yang dapat mentransmisikan data medis pasien dan memberi sinyal waspada kepada rumah sakit atau sanak saudara yang ditunjuk. Tujuannya agar bantuan yang diperlukan dapat segera diberikan.

Layanan kesehatan di daerah terpencil juga dapat dibantu dengan telemedicine. Di Indonesia yang negaranya berbentuk kepulauan, masih terdapat kendala-kendala geografis dalam meratakan pembangunan kesehatan hingga ke pelosok.

Telemedicine dapat hadir sebagai salah satu jembatan yang menghubungkan dokter dengan layanan kesehatan yang tersedia atau dengan pasien melalui media telekomunikasi, dan memberikan panduan medis sebelum dapat hadir secara langsung.

Kini, telemedicine telah terbukti memberikan banyak manfaat, baik bagi masyarakat, orang sakit, maupun petugas kesehatan.

Karena sebelum era teknologi sudah maju seperti sekarang, orang yang tinggal di kota kecil atau terpencil lebih sulit untuk mendapatkan akses kesehatan. Nah, setelah ada telemedicine, banyak negara telah menjadikan teknologi ini sebagai salah satu program kesehatan nasional.

Dengan demikian, warga yang tempat tinggalnya jauh dari fasilitas kesehatan dapat ditangani dengan baik dan cepat. Beberapa negara yang telah mempraktikkan hal ini selama puluhan tahun adalah Norwegia, Australia, Kanada, dan Jepang.

Diagram dari Telemedicine


Berikut ini adalah beberapa manfaat utama telemedicine:

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Sebagian besar puskesmas memiliki dokter umum dan perawat sebagai tenaga medis. Namun, kadang konsultasi dengan dokter spesialis tetap dibutuhkan pada kondisi penyakit tertentu. Dulu, pasien harus dirujuk ke kota besar untuk bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis.

Hal ini tentu memakan waktu dan biaya yang besar. Sekarang, kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membuat konsultasi bisa dilakukan secara online dari puskesmas setempat. Pasien jadi bisa ditangani dengan lebih cepat dan lebih baik.

Pemantauan Penyakit Kronis Lebih Akurat

Penyakit kronis seperti diabetes melitus dan hipertensi masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Dengan memanfaatkan telemedicine, pengidap penyakit tersebut bisa dipantau dengan lebih intensif dan akurat.

Lalu, pemantauan gula darah dan tekanan darah tak hanya dilakukan saat pasien bertatap muka dengan dokter, melainkan dapat dipantau setiap harinya melalui aplikasi tertentu. Hal ini membuat penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi dapat dikendalikan dengan lebih baik.

Mengurangi Biaya Pelayanan Kesehatan

Secara jangka panjang, teknologi pengobatan jarak jauh dapat mengurangi biaya pelayanan kesehatan. Dengan ini, pasien bisa ditangani lebih cepat sehingga risiko komplikasi penyakit lebih rendah. Orang yang sakit tak perlu menempuh perjalanan jauh untuk bertemu dokter, dan biaya transportasi pun akan berkurang.

Selain telemedicine, beberapa teknologi kesehatan lainnya di era industri 4.0 yang sudah berkembang dan dimanfaatkan oleh berbagai fasilitas pelayanan antara lain adalah artificial intelligence/ kecerdasan artifisial, blockchain, IoT (internet of things), dan pelayanan robotic.

Seiring berbagai kemajuan yang ada, semakin banyak perusahaan kesehatan yang memandang bahwa teknologi bukan hanya dimanfaatkan sebagai sarana prasarana tapi juga sebagai aset strategis. Dari fakta ini, muncul pemikiran bahwa teknologi yang dimanfaatkan secara optimal akan memberikan insight atau masukan yang sangat berguna terhadap kemajuan bisnis. Analisis data yang tepat dapat digunakan untuk meningkatkan akses pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan efektifitas sumber daya manusia, meningkatkan kualitas pelayanan, dan mengurangi biaya layanan kesehatan.

Pemanfaatan teknologi kesehatan di kalangan konsumen juga turut membuka kesempatan kepada pasien maupun keluarga pasien, agar semakin mudah mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai penyakit, pilihan pengobatan, serta dengan mudah mengakses maupun memilih rumah sakit ataupun sarana kesehatan yang sesuai dengan kebutuhannya. 

Dengan menyadari manfaat transformasi digital tersebut, semakin banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan termasuk rumah sakit, berinisiatif untuk mengadopsi transformasi digital ini ke dalam sistem manajemen mereka guna menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Namun demikian, tidak semua fasilitas kesehatan siap untuk menyambut era disrupsi 4.0 yang penuh dengan digitalisasi ini. Berbagai kendala terkait sumber daya manusia, sumber dana, business process, regulasi pemerintah dan peraturan, serta tidak adanya sistem integrasi data kerapkali menjadi tantangan dalam mewujudkan hal tersebut. Dalam hal ini, diperlukan komitmen bersama dari berbagai pihak seperti manajemen rumah sakit, pemerintah dalam hal ini kementerian terkait, asosiasi profesi, dan dokter pelaksana untuk dapat senantiasa melakukan kolaborasi dan terbuka terhadap proses pembaruan serta pembelajaran. 

Kementerian kesehatan senantiasa mendukung upaya digitalisasi rumah sakit, dimana ditunjukkan dalam berbagai inovasi yang sudah ada antara lain konsep smart e-health seperti telemedicine dan SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit), SISRUTE (Sistem Informasi Rujukan Terintegrasi), aplikasi SehatPedia, sistem JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), dan e-medical record. Tentunya digitalisasi ini tidak lepas dari perlunya regulasi yang jelas dan mendukung pertumbuhan sistem dengan satu tujuan yaitu peningkatan kualitas layanan kesehatan masyarakat Indonesia.

Perkembangan teknologi di dunia kesehatan sedikit tertinggal dari perkembangan sektor lainnya seperti e- money, e-commerce dan travel. Bahkan menurut Electronic Medical Record Adoption model, level adopsi rekam medis elektronik atau e-MR bervariasi dengan rentang sekitar 3% di Eropa sampai 35% di Amerika, atau dengan arti lain bahwa e-MR belum sepenuhnya diterapkan sebagai pelayanan rutin. Selain itu, model disrupsi di era 4.0 telah membuat perubahan paradigma pelayanan dari volume sentris menuju peningkatan value of care atau yang berpusat pada pasien. Transformasi digital membuat industri kesehatan harus menjadikan pasien sebagai pusat dari sistem pelayanan mereka dengan mencari tahu dan menggali apa yang diperlukan dan diharapkan oleh pasien. 

Berbagai tren perkembangan transformasi digital juga telah membentuk pola pikir beberapa fasilitas kesehatan dan stakeholder di Indonesia untuk turut ambil bagian dalam proses perkembangannya. Berikut dipaparkan beberapa tren digital di era kesehatan 4.0 saat ini.

Meningkatnya permintaan terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai kebutuhan

Industri kesehatan sedang memasuki era inovasi digital dimana pasien mencari pelayanan yang langsung mampu menjawab kebutuhan mereka karena terbatas oleh kesibukan sehari-hari. Menurut data DMN3, konsumen yang mencari informasi medis di internet, sebesar 47% mencari informasi mengenai dokter, 38% rumah sakit dan fasilitas kesehatan, serta 77% untuk melakukan booking jadwal pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan fakta tersebut, perlunya upaya dari tim manajemen rumah sakit untuk mencari tahu kebutuhan target konsumen atau pasien dan menggabungkannya ke dalam sistem digital (misalnya kemudahan akses dengan menggunakan smartphone). Kebutuhan pasar inilah yang sedang dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan health technology yang akhir-akhir ini semakin marak berkembang di masyarakat.

Pentingnya pemanfaatan big data dalam pelayanan kesehatan

Big data menggabungkan informasi dalam jumlah yang sangat besar serta format yang beragam yaitu dari penggunaan media sosial, e-commerce, transaksi online, transaksi keuangan, serta mengidentifikasi suatu tren dan pola bisnis di masa depan. Dalam industri kesehatan, big data dapat memberikan beberapa keuntungan, termasuk tingkat kesalahan medis yang lebih rendah, memfasilitasi kesehatan pencegahan, dan prediksi yang lebih akurat untuk merekrut SDM (misalnya dengan membantu RS dan klinik memprediksi adanya peningkatan jumlah pasien di suatu masa tertentu sehingga membantu manajemen memutuskan untuk menambah jumlah staf di waktu tersebut). Selain kebutuhan investasi di bidang big data, pengolahan dan analisa dari data tersebut juga diperlukan untuk mengidentifikasi kelemahan bisnis dan membantu manajemen untuk lebih memahami target pasien yang dituju.

Mengobati pasien dengan teknologi VR (virtual reality)

Teknologi VR tidak hanya digunakan di salah satu bidang kedokteran saja tetapi sudah meluas penggunaannya untuk mengobati nyeri, kecemasan, PTSD (post-traumatic stress disorder), dan penyakit stroke. Beberapa dokter dan residen juga telah memanfaatkan VR untuk mempertajam keterampilan mereka di bidang pembedahan. VR dalam bentuk headset dapat membantu si pemakai untuk beraktivitas dan anak-anak dengan autisme untuk belajar mengenal sekitarnya. VR dan AR (augmented reality) pada skala global diprediksi mencapai nilai sekitar $5.1 miliar pada tahun 2025. VR diharapkan dapat menjadi metode komunikasi yang membuat penyedia layanan kesehatan dapat memahami kebutuhan pasien dan berkomunikasi dengan cara yang lebih baik.

Alat kesehatan yang wearable (dapat dipakai manusia)

Di era digital saat ini, pasien sudah mulai fokus pada kesehatan pencegahan dan lebih peduli untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan informasi medis. Implikasinya, beberapa perusahaan telah berinvestasi dalam bidang alat kesehatan yang dapat dipakai pasien untuk menentukan status kesehatan mereka. Alat kesehatan yang sudah ada antara lain seperti detektor detak jantung, pelacak olahraga, alat pengukur debit keringat, alat untuk mengukur kadar gula darah, dan kadar oksigen. Berbagai alat kesehatan tersebut dapat meningkatkan efisiensi keuangan pelayanan kesehatan, yang ditunjukkan dengan data dari US bahwa teknologi tersebut mampu menghemat dana sampai dengan $7 juta per tahunnya.

Pelayanan berbasis analisis prediktif

Informasi besar yang dikumpulkan dari big data dan sumber lainnya (seperti media sosial) dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan layanan rekomendasi kesehatan kepada pasien. Ini yang disebut dengan pelayanan kesehatan prediktif, dimana kita sekarang dapat memperkirakan penyakit dan kelainan apa saja yang dapat mewabah di masa depan. Dari perkiraan penyakit atau wabah yang akan terjadi, sarana kesehatan tentunya dapat mengantisipasi hal tersebut dan mempersiapkan langkah-langkah pencegahan atau penanganan yang dibutuhkan.

Perkembangan AI Kecerdasan Buatan

Artificial intelligence (AI) merupakan suatu inovasi yang sangat besar di bidang kesehatan. Banyak pihak di industri kesehatan yang bersedia untuk berinvestasi di AI senilai jutaan dolar. AI yang berkembang saat ini memiliki banyak versi, salah satunya adalah robot droid yang dirancang untuk membantu pekerjaan perawat di RS dan melakukan tugas rutin seperti mengecek stok atau persediaan obat. Diperkirakan bahwa di masa depan, kekuatan AI akan semakin diperluas manfaatnya seperti dalam bidang precision medicine, radiologi, penemuan obat terbaru, dan ilmu genomic.

Blockchain dan rekam medis elektronik

Blockchain merupakan suatu kumpulan file atau data transaksi yang tertuang di dalam database komputer atau dalam bentuk digital. Blockchain memungkinkan terjadinya pertukaran informasi transaksi keuangan yang aman antara satu pihak dengan yang lainnya. Dalam bidang pelayanan kesehatan, blockchain terbukti efektif untuk mencegah kebocoran data, meningkatkan akurasi data di rekam medis, dan melakukan efisiensi biaya.

Setelah melihat berbagai tren teknologi yang sedang berkembang, tentunya kita juga perlu mengetahui beberapa manfaat yang bisa diperoleh konsumen atau pasien sehubungan dengan perkembangan digitalisasi di era kesehatan 4.0 ini, antara lain yakni:

Pasien diarahkan untuk menemukan dokter yang tepat sesuai kebutuhan

Dalam hal ini masyarakat berhak untuk mencari informasi detil mengenai tipe dokter seperti apa yang mereka perlukan, misalnya spesialisasi apa, praktek di RS apa, latar belakang pendidikan yang ditempuh, serta pengalaman medis yang diperolehnya. Dengan menemukan dokter dan fasilitas kesehatan yang tepat, tingkat kepuasan pasien diharapkan juga akan semakin meningkat.

Masyarakat dapat memperoleh akses kesehatan yang merata

Dengan teknologi digital, hal ini sangat dimungkinkan bahwa akses kesehatan juga bisa diperoleh oleh masyarakat di daerah terpencil. Telemedicine bisa menjadi salah satu solusi terhadap kebutuhan akan akses pelayanan kesehatan yang merata di semua daerah.

Konsumen mendapat informasi mengenai akuntabilitas suatu pelayanan kesehatan

Ekspektasi pasien terhadap sistem pelayanan kesehatan kian meningkat. Ketika pasien tidak puas akan suatu pelayanan, maka mereka dapat segera mengutarakannya di akun sosial media. Adanya fakta bahwa masih minimnya sarana umpan balik dalam teknologi kesehatan, dapat menjadi pertimbangan bagi kita untuk mengadaptasi hal tersebut di era digital 4.0 ini.

Adanya transparansi keuangan di sektor kesehatan

Saat ini, masih banyak ketimpangan dari segi biaya kesehatan yang harus ditanggung konsumen. Ketimpangan yang dimaksud adalah bahwa masyarakat kerapkali tidak mengetahui secara jelas berapa biaya yang harus mereka keluarkan untuk mendapatkan suatu akses pelayanan. Perbedaan nilai biaya pelayanan antar fasilitas juga menjadi suatu masalah. Dengan teknologi digitalisasi, diharapkan permasalahan transparansi biaya kesehatan bisa diminimalisasi.

Interaksi harmonis yang terjadi antara dokter dengan pasien

Interaksi pasien dengan dokter yang berkualitas sangat jarang terjadi. Menurut sebuah survey, hanya sekitar 20-30% pasien yang memiliki akses digital untuk konsultasi medis atau pengingat elektronik (electronic reminder). Industri kesehatan membutuhkan pendekatan yang berpusat pada pasien. Transformasi digital diharapkan dapat menjadi solusi agar dokter dapat menggali informasi yang lebih dalam mengenai pasien mereka.

Berbagai tren dan manfaat yang ada di era kesehatan 4.0 seharusnya membuat industri kesehatan semakin berinisiatif dan memiliki daya saing untuk ikut mengembangkan sistem serupa di fasilitas pelayanan masing-masing. Akan tetapi, hal ini tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan tantangan dalam proses pelaksanaannya. Di bagian selanjutnya dari white paper ini akan dipaparkan apa saja tantangan yang sedang dihadapi oleh rumah sakit dalam mempersiapkan dan mewujudkan transformasi digital dalam sistem pelayanan kesehatan Indonesia.

Kemajuan adopsi teknologi dalam sektor pelayanan kesehatan memberikan dampak positif yang sangat besar terhadap proses praktik medis di Indonesia. Beberapa batu loncatan yang sudah berhasil dikerjakan antara lain rekam medis elektronik, akses pemanfaatan big data dan penyimpanan di sistem cloud (komputasi awan), software yang sangat maju dan berkembang, serta teknologi aplikasi yang bisa digunakan di smartphone. Manfaat yang diperoleh dari perkembangan ini yaitu kemudahan proses kerja, akses yang lebih cepat terhadap segala informasi, penurunan biaya kesehatan, peningkatkan kesehatan publik dan kualitas hidup masyarakat. 

Pertumbuhan data yang sangat pesat dalam industri kesehatan memaksa kita untuk segera mengadopsi teknik pengelolaan big data guna meningkatkan layanan yang berkualitas. Oleh karena itu, menjadi tantangan besar pula untuk melakukan analisis data dengan cara yang tradisional mengingat pertumbuhan data yang ada sudah sedemikian besar.

Big data muncul sebagai kumpulan data baru dengan volume besar yang berubah dengan cepat, sangat kompleks dan bahkan melampaui jangkauan kemampuan analisis lingkungan perangkat keras dan perangkat lunak yang umum digunakan untuk pemrosesan data. Singkatnya, volume data menjadi terlalu besar untuk ditangani dengan alat dan metode konvensional. 11 Di sinilah big data hadir menawarkan solusi untuk dapat memproses data yang sangat besar, berasal dari berbagai sumber dan format namun tetap menyajikan real time data. Dampaknya, big data memberikan kesempatan yang sangat besar agar pelayanan kesehatan dapat melakukan efisiensi di dalam sistemnya.

Peranan big data tidak terlepas dari manfaatnya dalam tren analisis prediktif. Analisis prediktif merupakan kemampuan analitik yang biasanya digunakan untuk memberikan prediksi atau estimasi atau memperkirakan suatu kejadian yang akan datang yang berguna dalam pengambilan keputusan di masa sekarang. Analisis prediktif merupakan teknik yang menggabungkan kemampuan modelling, data mining, dan statistik serta artificial intelligence (AI) untuk melakukan evaluasi historical dan real time data serta membuat prediksi akan masa depan. Beberapa manfaat nyata yang diperoleh dengan analisis prediktif yaitu meningkatkan efisiensi manajemen operasional, akurasi diagnosis dan pengobatan kedokteran, serta mendapatkan insight atau gambaran untuk meningkatkan pengobatan di masa depan. 

Sebagai contoh pemanfaatan big data dalam bidang manajemen operasional adalah bahwa dengan kemampuan analisis prediktif maka RS dapat melakukan efisiensi jumlah tenaga kerja dengan memberikan rasio pasien dan staf yang optimal. Pencapaian ini bisa memanfaatkan data historikal, data dari fasilitas kesehatan setempat, data populasi, demografis, laporan penyakit, dan pola penyakit musiman. Contoh lainnya yaitu melakukan assessment atau penilaian kompetensi staf dan diagnosis definitif yang diikuti dengan terapi yang sesuai. Walaupun demikian, kemampuan analisis prediktif ini tidaklah sempurna dan membutuhkan proses yang lebih akuntabel, transparan, memiliki dasar etika yang jelas, dan sebaiknya didukung dengan suatu payung hukum.

Keuntungan dari kemampuan analisis big data tentunya perlu didukung dengan manajemen pengetahuan yang berkualitas. Manajemen pengetahuan merupakan pusat dari suatu proses adaptasi inovasi, pengambilan keputusan, dan adaptasi serta pembaruan organisasi. Manajemen pengetahuan perlu didukung beberapa aspek penting antara lain struktur organisasi, kepemimpinan, sistem IT, pembelajaran, adanya kepercayaan, dan kolaborasi. Dimulai dengan proses kreasi atau pengadaan pengetahuan itu sendiri, penyimpanan, dibagikan dan diaplikasikan oleh karyawan dalam organisasi tersebut. Jika dikerjakan dengan benar, organisasi dapat semakin meningkatkan performa inovasi dan mengurangi pengulangan proses belajar yang sebenarnya tidak diperlukan. Hal ini akan berdampak pada keuntungan jangka panjang organisasi yang memiliki kultur terbuka terhadap suatu pembelajaran atau inovasi, kemampuan menyelesaikan masalah, menciptakan kompetensi baru, dan beradaptasi dengan situasi apapun.

Memperluas Akses Pedesaan

Selain itu tantangan terbesar sektor perawatan kesehatan di seluruh dunia adalah menyediakan layanan kesehatan di daerah pedesaan.

Setiap negara termasuk negara maju memiliki disparitas dalam hal pelayanan kesehatan di perkotaan dan pedesaan.

Namun, dengan bantuan solusi mobilitas perawatan kesehatan, daerah pedesaan terpencil bisa mendapatkan layanan kesehatan secara efektif.

Dengan bantuan konferensi video dan fitur penting lainnya, dokter dapat mendiagnosis pasien dan meresepkannya dengan obat yang diperlukan.

Akhir Kata, Era digital dalam dunia kesehatan menjadi tantangan sekaligus peluang untuk menjadi lebih baik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Namun masih banyak pemahaman yang salah mengenai disrupsi yang hanya dikaitkan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT).

Sebab disrupsi tidak hanya mengubah cara berbisnis namun sampai budaya bahkan ideologi berbisnis. Contoh sederhana cara berbisnis yang dahulu menekankan kepemilikan menjadi saling berbagi peran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar