Senin, 02 Februari 2009

Nasib Saham Gocap Harry Tanoe


(inilah.com/Abdul Rauf)

INILAH.COM, Jakarta - Ini memang sedang musim konglomerat pusing. Bukan hanya pemilik Bakrie Group yang sedang puyeng, Harry Tanoesoedibjo pun lagi kebingungan. Soalnya, harga saham-saham yang diterbitkannya anjlok berat.

Mungkin, kondisi itulah yang mendorong sang konglomerat untuk melakukan buyback senilai Rp 500 miliar. Sama dengan nasib saham-saham yang lain, harga efek kelompok usaha Harry Tanoe pun longsor habis-habisan.

Bahkan dua di antaranya sudah mencapai titik terendah. Saham Indonesia Air Transport (IATA) dan Mobile-8 Telecom (FREN) kini diperdagangkan dengan harga gocap. Betul, maksudnya Rp 50 per saham.

Padahal, saham operator seluler yang mengusung merek Fren itu, pada awal tahun masih bertengger di level Rp 255. Itu berarti, selama delapan bulan, FREN mengalami penurunan sebesar 77,77%. Sedangkan harga IATA, yang menyentuh angka 50 pada pertengahan Juli, tergerus 54%.

Dua saham lainnya, kendati belum terjerumus hingga harga dasar, bernasib sama. Media Nusantara Citra (MNCN) terguling dari Rp 820 per awal Januari 2008 ke level Rp 290 pada Senin (20/10). Itu berarti turun 64,6%. Sementara saham Global Mediacom terpuruk 79% ke level Rp 390 per lembar.

Menurut seorang analis, penurunan harga empat saham itu masih terbuka lebar. Soalnya, nyaris tak ada sentimen positif yang menjadi pendorong. Seperti diketahui, belakangan ini, persaingan di antara stasiun televisi semakin ketat.

Hal ini mendorong pendapatan RCTI, TPI dan Global TV yang menjadi andalan sang konglomerat tak bisa lagi melesat seperti dullu. “Apalagi dalam kondisi seperti sekarang, dunia usaha mulai mengurangi anggaran promosi mereka,” katanya.

Bisnis IATA juga sami mawon, tidak menampaknya peningkatan kinerja yang signifikan. Sementara kinerja FREN semakin berlepotan, juga lantaran persaingan di antara operator seluler yang semakin ketat. “Kalau batas bawah harga saham termurah Rp 25 mungkin dua saham ini (FREN dan IATA) akan mencapai level itu,” lanjut sang analis.

Lantas seberapa besar dampak rencana Harry Tanoesudibjo yang akan melakukan buyback senilai Rp 500 miliar? Mungkinkah aksi korporasi ini mengangkat harga saham-sahamnya?

“Tidak akan berpengaruh apa-apa,” tandas salah seorang kepala riset. Menurut dia, sang konglomerat melakukan itu hanya untuk mencari untung. Jadi, lanjutnya,begitu harga kembali sedikit terangkat, saham-saham itu akan langsung dibuang kembali. [E1]

http://www.inilah.com/berita/ekonomi/2008/10/21/56284/nasib-saham-gocap-harry-tanoe/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar