Internet sekarang bukan barang baru lagi di Indonesia. Meskipun agak sedikit terlambat dibandingkan negara-negara lainnya, tapi perkembangan internet di negara Republik ini sudah mencapai 25 juta users. Artinya dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, sudah 8 % penduduknya yang telah terkoneksi ke internet. Memang belum begitu banyak, tetapi justru disanalah keunggulan kita. Potensi penduduk yang masih segar ini yang di yakini para pakar internet bahwa Indonesia akan menjadi lumbung pasar yang “lezat” untuk para internet marketer dan kontent provider.
Masih ingat sejarah Aqua? Di sekitar tahun 80an ada sekelompok orang yang diam-diam berdiskusi tentang ide menjual air. Pada waktu itu, banyak yang menolak ide untuk menjual air minum. Air pada zaman itu sangat mudah ditemui. Dari sumur, sungai, air ledeng sampai air hujan bisa digunakan. Kenapa harus susah susah menjual air? Sungguh nonsense. Tapi sekarang orang-orang yang tetap bertahan dengan ide menjual air, siapa sangka sekarang sudah menjadi konglomerat Aqua. Siapa sekarang yang tidak meminum air botol Aqua? Bahkan Aqua bisa ditemukan di setiap sudut warung di setiap pelosok desa sekalipun atau bahkan sejarah Teh Botol, di mana tidak pernah orang terpikirkan sebelumnya untuk bagimana bisa minum teh di dalam botol dan ternyata sekarang rasanya belum pas kalo kita tidak minum teh botol di saat kita makan.
Nah, kondisi Agua atau Teh Botol dulu mirip dengan kondisi internet di Indonesia saat ini. Meskipun ada sekelompok penduduk yang kerap menggunakan fasilitas internet untuk kegiatan kerja atau akademis, tapi masih banyak yang masih beranggapan Internet itu sama dengan :
- Browsing
- Email
- Chatting
- Facebook atau social media lainnya
- Lihat berita atau download
Yah, memang kenyataan di Indonesia tujuan rata-rata orang menggunakan internet adalah untuk keempat hal diatas.
Tetapi, sebenarnya internet bisa digunakan lebih dari sekedar email,chatting,dan facebook. Saat ini sudah ada sekitar 400 ribu blogger asal indonesia yang selalu dengan rutin mengupdate blogg mereka untuk bisa di jadikan sebagai tempat curahan hati atau share informasi.
Belum lagi pertumbuhan dari online shopping pelan tapi pasti sudah meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi yang ada sekarang. Jangan anggap remeh potensi bisnis yang dikandung oleh e-commerce. Menurut estimasi eMarketer Inc, penyedia data statistik bisnis yang berbasis di New York, revenue dari sektor e-commerce khusus untuk kawasan Asia-Pasifik saja akan membumbung tinggi, dari US$ 76,8 miliar pada akhir tahun 2001 lalu menjadi US$ 338,5 miliar pada akhir 2004 nanti. Sektor business-to-business (B2B) merupakan penyumbang terbesar, dengan estimasi sekitar US$ 300,5 miliar.
Sedangkan sektor business-to-customer (b2c) memiliki andil sebesar US$ 38 miliar. Estimasi tersebut didasarkan pula pada pertumbuhan jumlah pengguna Internet yang terus tumbuh. Pada akhir 2002, jumlah pengguna Internet di negara kawasan Asia Pasifik diperkirakan akan mencapai 181,5 juta orang. Sedangkan nanti pada tutup tahun 2004, diperkirakan angka tersebut akan meningkat drastis menjadi 235,8 orang.
Berangkat dari angka optimistik yang dilansir pada September 2002 tersebut, maka kawasan Asia Pasifik merupakan pangsa pasar terbesar industri e-commerce dunia. Jepang, Cina dan Korea Selatan adalah tiga negara terbesar jumlah pengguna Internetnya. Hal tersebut tidak mengherankan, berdasarkan data International Telecommunication Union (ITU) dan International Data Base (IDB) US Census Bureau yang dilansir pada 2002, tingkat penetrasi Internet di Korea Selatan yang berpenduduk sekitar 47 juta jiwa tersebut adalah 51,1% (sekitar 24 juta pengguna).
Cina, meskipun penetrasi Internetnya hanya 2,6%, tetapi kuantitasnya menjadi besar karena jumlah penduduk Cina mencapai 1,2 miliar jiwa (lebih dari 31,2 juta pengguna). Sedangkan Jepang, dengan jumlah penduduk sekitar 127 juta jiwa, jumlah pengguna Internetnya mencapai 45,5% (sekitar 57,78 juta pengguna).
Bandingkan dengan Indonesia yang berpenduduk 231 juta jiwa, penetrasi Internetnya hanya 1,9% (sekitar 4,38 juta pengguna). Dengan jumlah pengguna Internet yang kecil tersebut, jangan harap Indonesia akan bisa mendapatkan porsi yang cukup besar dalam kue revenue e-commerce.
Cyberfraud sejatinya dapat mengancam bisnis e-commerce Indonesia, bukan lantaran nilai nominal kerugiannya, tetapi karena citra yang ditimbulkannya. Komunitas Internet dunia sangat peduli dengan isu yang berkaitan dengan keamanan bertransaksi secara online.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh PC Data Online pada 2000, dengan maraknya kasus kejahatan di Internet, 54% responden menyatakan bahwa dirinya akan mengubah kebiasaan kebiasaannya di Internet. 80% dari yang akan berubah tersebut menyatakan akan semakin jarang mengirim informasi kartu kredit melalui Internet. Sedangkan menurut hasil riset Internet terkini yang dirilis pada November 2001 oleh Pusat Kebijakan Komunikasi UCLA, dinyatakan bahwa 98,9% pengguna Internet pemula.
Untuk kondisi di Indonesia, kita dapat merujuk pada hasil riset yang dilansir oleh MarkPlus pada 2000 lalu. Responden yang diambil sebanyak 1100 orang dari lima kota utama di Indonesia, yaitu Jabotabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Medan. Hal yang perlu digarisbawahi pada hasil survei tersebut adalah ternyata 90% dari total responden belum pernah atau enggan bertransaksi online.
Ketika ditanya kenapa mereka enggan melakukan transaksi, jawabannya antara lain: tidak percaya/kuatir (15,1%) dan tidak aman/resikonya tinggi (13,6%). Ini berarti 25,85% atau sekitar 284 dari 1100 responden yang disurvei ternyata enggan bertransaksi e-commerce karena kuatir dengan faktor keamanan bertransaksi melalui Internet.
Maka tidaklah heran, ketika ClearCommerce Inc, sebuah perusahaan e-sekuriti yang berbasis di Texas, pada awal 2002 menyatakan bahwa Indonesia berada di urutan kedua negara terbanyak tempat beraksinya carder, secara serta-merta banyak situs e-commerce yang melakukan collective punishment terhadap komunitas Internet Indonesia. Pemblokiran nomor Internet Protocol (IP) Indonesia, kartu kredit Indonesia hingga pemesanan yang dari dan ke Indonesia akan segera ditolak.
ClearCommerce menyatakan bahwa sekitar 20 persen dari total transaksi kartu kredit dari Indonesia di Internet adalah cyberfraud, berdasarkan survey yang dilakukan terhadap 1137 merchant, 6 juta transaksi, 40 ribu customer, dimulai pada pertengahan tahun 2000 hingga akhir 2001. Collective punishment tersebut, sebenarnya secara parsial telah dilakukan oleh beberapa situs e-commerce jauh sebelum ClearCommerce mengeluarkan datanya. Sekarang, tekanan tersebut semakin telak memukul Indonesia.
Pepatah ibarat nila setitik rusak susu sebelanga, pantas disandang oleh komunitas Internet Indonesia. Tetapi harus kita sadari bahwa kehadiran “nila” atau carder tersebut bukanlah serta merta muncul dari ketiadaan.. Setiap aksi kejahatan apapun, selain karena adanya niat dari si pelaku, terutama didukung pula dengan adanya peluang. Tanpa kita sadari, sikap, cara dan perilaku kita dalam berbisnis pun memiliki andil yang cukup dominan dalam memunculkan peluang tersebut.
Populasi pengguna internet di Indonesia memang sangat pesat. Survey yang dilakukan APJII sampai dengan akhir 2007 menunjukkan angka 25.000.000 pengguna internet di Indonesia. Jumlah ini tentu tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 2 ratusan juta jiwa. Tetapi setidaknya menurut APJII pada tahun 1998 jumlah pengguna internet Indonesia hanya 512.000 dan sampai akhir 2007 sudah mencapai 25.000.000. Selama 9 tahun jumlah pertumbuhannya adalah hampir 50 kali lipat. Jika dihitung rata-rata pertumbuhan pertahun meningkat sekitar 5,5 kali lipat.
Dan diperkirakan tahun 2008 ini akan naik sebesar 40% menjadi 35 juta pengguna. Kenaikan yang signifikan ini diyakini karena infrastruktur untuk tersedia nya internet di Indonesia semakin hari akan semakin mudah dan murah. Banyak pihak akan berlomba sebagai penyedia akses internet di berbagai kota di Indonesia.
Bahkan detik.com pernah melangsir berita bahwa Pengguna Internet di Indonesia diperkirakan mencapai 57,8 juta pada 2010, seiring meningkatnya pemakaian layanan tersebut melalui teknologi pita lebar jaringan seluler.
Menurut survey yang bersumber dari http://blog.kenz.or.id/2006/02/13/hasil-survei-blogger-2005-denganteknik-random-sampling-2.html, menunjukkan bahwa frekuensi akses internet dalam seminggu adalah :
1 - 2 kali : 2,65%
3 - 4 kali : 5,3%
Tak Tentu : 10,6%
5 - 6 kali : 21,19%
Tiap hari : 60,26%
Data yang ditulis dalam alenia kedua tersebut menunjukkan bahwa separuh lebih dari pengguna internet di Indonesia melakukan akses internet setiap hari. Sampai dengan tulisan ini dibuat penulis belum mendapatkan data lama akses pengguna internet di Indonesia. Namun setidaknya bila seseorang melakukan akses internet setiap hari maka akan banyak hal dapat dilakukan menurut fasilitas yang tersedia di internet, termasuk kemungkinan chatting, download lagu, download film atau mengunjungi situs porno.
Menurut http://blog.kenz.or.id/2006/02/13/ hasil-survei-blogger-2005-denganteknik-random-sampling-2.html, kegiatan yang sering dilakukan pengguna internet adalah :
49,01% : Membaca dan menulis email serta mengikuti mailing list
16,56% : Chatting
13,91% : Berpartisipasi dalam forum tertentu
06,62% : Browsing situs penyedia informasi
05,03% : Searching dengan mesin pencari 0
6,62% : Aktifitas Blog
01,99% : Mengelola server / jaringan
Setidaknya data tersebut dapat dijadikan acuan bahwa perilaku pengguna internet terbesar adalah untuk keperluan korespondensi. Hal ini data dilihat dari 49,01% internet digunakan untuk keperluan email dan mailing list.Ono W Purbo dalam surveynya tentang mailing list menyebutkan bahwa terdapat 1271 mailing list berbahasa Indonesia yang beranggotakan lebih dari 100 orang. Dari 1271 mailing list tersebut 28.2% menggunakan mailing list untuk bersilaturahmi dan sosialisasi. Mailing list untuk belajar dan mencari ilmu menduduki peringkat kedua (20.1%), dan ke tiga (16.1%) di duduki oleh mailing list yang berorientasi bisnis. Pornografi menduduki tempat terakhir dengan jumlah mailing list paling kecil (5.7%). Politik bukanlah topik yang terlalu menarik untuk dibicarakan dengan jumlah mailing list hanya 7.6%.
Ayo mari kita majukan industri internet di negara kita,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar